Saturday, November 24, 2018

Swasembrono di Zaman Orba



Masih banyak yang salah sangka di zaman Orba kita swasembada pangan. Padahalkan bukan itu maksudnya, dulu itu swasembada beras.

Apa beda? Iyakklah...

Swasembada beras, ya beras. Jadi nasi kalau sudah matang, bisa juga bubur kalau lagi pengen, bisa jadi kerupuk kalau sudah di jemur. Kalau pangan, ya bisa macam-macam, ada singkong, jagung, kedelai, martabak, terang bulan, pisang molen, pentol goreng dan seterusnya.

Tahun 1984, negara kita memang dapat penghargaan dari FAO dibawah naungan PBB, ya semacam organisasi yang konsen urus-urus pangan gitulah. Mungkin, karena waktu itu Indonesia sempat impor 100 ton beras ke Afrika. Tapi apa benar waktu itu beras kita swasembada atau swasembrono?

Ah rupanya ndaklah, pak Amran, Menteri Pertanian bilang tahun 84 itu justru kita impor beras 414 ribu ton. Ya artinya memang kita berhamburan beras pada waktu itu. Tapi beras impor ya...

Berarti yang pengen balik ke zaman dimana orang gampang hilang, dimana orang2 masih beromantisme zaman Orbab*, swasembarang saja ngomongnya.

Kalau ndak salah, kita baru swasembada beras nanti tahun 85-86. Artinya pemerintah tidak impor beras sama sekali. Tapi tahun berikutnya, tahun 87, kita impor lagi 😜  dan puncaknya, tahun 96, negara impor sampai 2 juta ton 😝😝🤮🤮 (asli mual, habis baca data-data).

Jadi wajarlah, tahun ini propaganda zaman Orba itu kembali muncul di permukaan. Ada kepanikan dari Cendana (nama kayu), karena pemerintah sedang memburu aset Supersemar yang nilainya triliunan. 

Kata alm. Gus Dur, "Pak Harto itu jasanya sama bangsa ini besar sekali, walaupun dosanya juga besar". 😌 Sami'na wa atho'na.

Sekarang, kita bisa berekspresi, nulis status dan menyoroti rezim Orba di zaman sekarang. Ndak perlu takut dengan penculikan. Ya paling kita hanya bisa waspada sama semprotan Air Keras. Ntar wajah tamfanmu bisa berubah jadi zombie 💀


Kendari, 24 November 2018

Popular Posts