Wednesday, June 13, 2018

TUJUH Kebiasaan Mudik Lebaran di Kampung Halaman


Kapal penyeberangan antar pulau, kapal Feri di Teluk Baubau. Foto: yadilaode
Musim mudik telah tiba, sebab lebaran tidak berapa lama lagi. Orang-orang mulai kembali ke kampung halaman, ingin berlebaran, berkumpul dan bersilaturahim bersama keluarga tercinta. Musim mudik itu menjadi momen istimewa bagi mereka yang ingin merayakan hari raya berkumpul bersama keluarga, mengunjungi saudara, sepupu, kerabat, tetangga yang sempat terpisah oleh lintas batas, lautan dan pulau-pulau, wilayah dan daerah. Oleh karena kerinduan mereka yang meluap selama ditanah rantau, kembalilah satu per satu mereka merayakan hari lebaran bersama keluarga di kampung halaman. 

Tidak lengkap rasanya jika lebaran tak berkumpul bersama keluarga. Apalagi, jika Tuhan masih bisa memberi kesempatan untuk bersimpuh seraya memohon maaf kepada kedua orangtua. Begitulah budaya kita, momen paling ditunggu saat lebaran bersama keluarga. Dengan begitu, kita telah menunjukkan tanda bakti kepada mereka. 
Kapal penumpang ekspress antar daerah. Foto: yadilaode
Melalui momen lebaran Idul Fitri tahun ini, ada hal-hal menarik dari kebiasaan kita orang desa saat hendak dan berlebaran bersama keluarga di kampung halaman:

Pertama, pulang mudik bersama rombongan. Bagi mahasiswa rantau, janjian untuk mudik bareng sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. Persiapan mulai direncakan dengan memilih menggunakan transportasi apa, mengecek jadwal keberangkatan, sampai dengan mempersiapkan kegiatan selama dalam perjalanan. Bagi yang mudik dengan kapal laut, biasanya waktu di isi dengan bermain kartu atau nongkrong di kafetaria dek kapal. Mudik bareng menjadi seru kalau perjalanan bisa berhari-hari. Bisa menggunakan kapal atau mobil bis. Di perjalanan itu, ada kisah-kisah lucu dan menarik yang bisa dibawa pulang. 

Kedua, Biasanya beberapa hari menjelang lebaran, berbagai kesibukan mulai memadati hari-hari kita dikampung halaman dengan berkumpul bersama teman lama atau dengan mengadakan reunian disuatu tempat. Di acara reunian itu, banyak cerita-cerita lama yang kembali diungkap. Ada nostalgia, atau cerita seorang kawan yang mau berkisah tentang suatu peristiwa lucu yang pernah terjadi masa lalu. Di acara reunian itu lebih sekedar membangun cerita-cerita lama atau sekedar berbagi kisah dan pengalaman masing-masing. Biasanya saling 'pamer' sesuatu yang berharga dari kesuksesan yang sudah dicapai. Tapi, banyak pula kawan yang inisiasi untuk tak sekedar kumpul biasa. Beberapa dari mereka mengusulkan dengan kegiatan-kegiatan sosial. Bisa kerja bakti, bagi-bagi sembako kepada warga miskin, atau kegiatan-kegiatan sosial lain yang bernilai manfaat untuk orang-orang yang membutuhkan. 

Ketiga, berlebaran di kampung halaman identik dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, acara adat atau kegiatan pertandingan olahraga oleh pemuda-pemudi desa. Beberapa desa dikampung halaman saya menggelar acara adat yang biasa dilakukan beberapa hari setelah lebaran. Momentum pesta kampung begitu ramai bersamaan dengan banyaknya perantau yang pulang berlebaran. Begitupun dengan kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan seluruh warga desa. Fenomena tahunan itu menjadi momen menarik bagi setiap orang yang berkunjung ke desa-desa. Setiap tamu akan dijamu dengan baik, mulai dari menyiapkan tempat nginap, menyajikan makanan penganan khas lokal, sampai dengan mempersilahkan mengikuti setiap acara yang digelar oleh warga desa. Di titik itu, warga desa menjadi masyarakat yang konsumtif, kebutuhan warga makin banyak. Hasil-hasil panen yang disimpan dan sudah disiapkan jauh hari sebelumnya akan di masak lalu disantap secara kolosal. Desa menjadi ramai dari berbagai aktivitas. Tidak hanya warga desa, setiap tamu atau pengunjung yang berdatangan akan memenuhi setiap sudut desa. Mereka mengikuti setiap acara yang dilakukan warga desa lalu mengabadikan dalam setiap bidikan kamera. 
Tampak kota Baubau
Keempat, bersilaturahmi ke rumah keluarga. Usai sholat Ied, biasanya keluarga mulai membuat jadwal kunjungan silaturahmi ke rumah-rumah saudara, keluarga, sahabat atau tetangga. Hari pertama lebaran begitu padat dengan agenda silaturahmi. Begitupun dengan mereka yang datang bertamu ke rumah. Maka sudah pasti, tuan rumah harus menyiapkan yang terbaik buat setiap tamu yang datang. Mulai dari penampilan dengan baju terbaik, sajian kue dan makanan, hingga mendekorasi ruangan tamu menjadi lebih baik. Inilah lebaran, dimana setiap keluarga saling mengunjungi satu sama lain. Dimana setiap kita saling berjabat tangan sebagai simbol saling memaafkan. Di hari raya itu, kita bisa saksikan kekeluargaan begitu lekat. Kita bisa rasakan suasana bahagia sekaligus mengharukan ketika satu keluarga yang sekian puluh tahun berpisah namun dapat bertemu kembali di momen lebaran. Tapi begitulah lebaran, ada yang sedih dan ada yang bahagia. Yang sedih ketika mereka tak lagi dapat berlebaran bersama orang-orang yang dicintainya. Sementara bagi mereka yang berbahagia, ketika masih dapat berlebaran bersama dan di pertemukan kembali dengan orang yang tercinta. 

Kelima, berziarah ke makam keluarga. Di hari pertama dan hari kedua lebaran, biasanya tempat pemakaman selalu ramai dari para peziarah. Mereka datang membersihkan area makam, membaca kitab suci, memanjatkan doa lalu menabur bunga diatas makam. Meski dalam agama tidak menjadi kewajiban, namun bagi masyarakat desa di kampung kami, berziarah ke makam-makam keluarga telah menjadi tradisi turun-temurun. Tujuan melakukan ziarah diatas tanah makam tak lain adalah untuk mendoakan agar almarhum yang sudah mendahului dapat diterima dan dihapus dosa-dosanya selama hidup.  

Keenam, momen lebaran yang paling ditunggu adalah liburan ke tempat-tempat wisata. Ya, setelah beberapa lama tak pulang kampung, keluarga mengajak berlibur ke suatu tempat. Biasanya ke tempat-tempat yang dulu menjadi spot wisata andalan biar mengingatkan kembali masa-masa dulu ketika selalu berkumpul bersama. Selain itu, libur bersama keluarga selalu menjadi berkesan ketika mengunjungi tempat-tempat lama yang memiliki banyak cerita. Biasanya keluarga mengajak untuk melihat kembali tempat kelahiran di pelosok desa, dan disana masih berdiri kokoh rumah lama yang telah terjual murah dimasa tempoe doeloe. Di desa itu, ada kenangan yang begitu kuat. Ketika melintas, selalu terbayang jika di taman halaman depan rumah masih tersimpan cerita masa-masa kecil dulu. Sayangnya rumah itu telah berpindah tangan karena keluarga memilih pindah ke kota. Andai waktu dapat mundur ke belakang, ingin rasanya kembali tinggal bersama dirumah mungil, di desa yang nyaman itu.

Ketujuh, pasca lebaran, pemudik kembali mempersiapkan kembali ke tanah rantau. Memang berat bagi orangtua yang merasa anak-anaknya jauh dari sisi mereka. Sedih antara keluarga satu dengan yang lain ketika perpisahan itu terjadi lagi. Momen lebaran yang sempat mempertemukan itu terasa sangat singkat ketika waktu berpisah itu tiba. Masing-masing mulai sibuk mempersiapkan keberangkatan. Orangtua kembali merasakan sedih dan isak tangis. Anak-anak mereka akan pergi beberapa lama dan menunggu lagi hingga mereka datang kembali. 

Tapi begitulah, bukankah setiap pertemuan akan selalu ada perpisahan? Semoga lebaran kali ini penuh dengan kesan yang baik serta membuka pintu maaf atas semua khilaf yang pernah kita lakukan. Semoga lebaran ini menjadi refleksi atas diri kita dalam keluarga, tentang cita-cita dan harapan yang belum sempat digapai, tentang capaian apa saja yang sudah diperoleh selama hidup, demi menjadi lentera, penerang bagi keluarga. Semoga kita semua masih dapat berkumpul bersama keluarga tercinta di momen lebaran berikutnya. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1439 H



Baubau, 13 Juni 2018

Popular Posts