Saturday, December 24, 2016

Bahagia itu Sederhana, Tunggu Saja Om Telolet Lewat

Bahagia itu sederhana, tinggal tunggu “Om Telolet” lewat dengan membunyikan klaksonnya, maka tercapailah sudah”, ungkap seorang mahasiswi disebuah halte dekat kampus pertanian di Bogor itu. 

Sumber: Republika Online
Ada yang berbeda dari bunyi klakson kendaraan bermotor pada umumnya. Bunyi klakson yang kerap ramai terdengar di jalan-jalan padat serta kebisingan lain yang menyertai aktivitas kita dalam berkendara. 

Bunyi klakson pada umumnya membuat kita selalu awas terhadap kendaraan lain. Biasanya selalu terjadi di persimpangan traffic light saat menunggu lampu warna favorit, yakni lampu hijau, lampu dimana setiap pengendara diperbolehkan untuk jalan. Meski begitu, ada sebagian pengendara yang tak lagi menunggu lampu hijau, mereka langsung menerobos, tapi pengendara lain memakluminya, karena mereka dianggap ‘buta warna’. 

Siapa sangka, suara klakson mobil bus yang awalnya dianggap biasa kini menjadi populer di banyak orang. Di media sosial, ‘Om Telolet Om’ mendadak jadi trending topik. Saat membuka media sosial, guyonan lucu itu ramai memenuhi halaman facebook dan twitter. Video-video lucu Om Telolet Om itu menayangkan beberapa orang meminta pengemudi bus untuk membunyikan klason mobilnya. Video yang dibuat tidak hanya mobil, mereka juga meminta Pilot Pesawat, Kapten Kapal untuk membunyikan “Om Telolet Om”. Benar-benar lucu.

Teriakan Om Telolet Om bermula dari teriakan biasa sekelompok anak-anak di pinggir jalan. Ketika mobil bus melintas, mereka meminta sang sopir untuk membunyikan klasonnya. Dan saat di bunyikan, anak-anak itu kegirangan mendengar bunyi Telolet dari mobil-mobil bus. Saat ini, bunyi klaskon Telolet itu tidak hanya diburu oleh anak-anak, Telolet kini telah mewabah di kalangan anak-anak muda, mereka rela menunggu di pinggir jalan dan membawa kertas bertuliskan ‘Om Telolet Om’.

Perbincangan Om Telolet Om tidak hanya di bahas di Indonesia, negara-negara lain juga ramai memperbincangkan bunyi klakson itu. Di twitter, facebook, Instagram, dan Youtube, beberapa selebritis dan DJ juga turut membahas ‘Om Telolet Om’. Para DJ ternama seperti DJ Snake, Zedd, The Chainsmokers, Dillon Francis, Martin Garrix, serta Marshmello membuat status di sosial media dengan hastag Om Telolet Om. Diantara mereka memasukan bunyi Telolet dalam musik DJ.

Bunyi klakson Om Telolet Om yang kini ramai diperbincangkan paling tidak sedikit meredam suasana tegang, melemaskan kembali urat-urat saraf, dan menormalkan kembali tensi darah dari perdebatan-perdebatan panjang tentang agama yang akhir-akhir ini memenuhi lini masa. Setidaknya, mereka-mereka yang  hobi berteriak “kafir” bisa diredam dengan bunyi Telolet…Telolet…Telolet…   

Sunday, December 18, 2016

Surat Rachel Untuk Dian


Dik, semoga kau dalam keadaan baik-baik saja.
Malam ini sengaja ku buat panjang, biar tulisan ini bisa mengalir dengan tenang dalam suasana hening. 

Dik, setelah beberapa lama tak bertemu, kekhawatiran selalu saja datang meneror. Kau pasti tahu itu, sekalipun kadar kekhawatiran kita berbeda-beda. 

Dik, aku tahu kita butuh lebih banyak kesibukan agar tidak larut dalam suasana romantisme. Cukup jauh jalan yang pernah kita lalui, sehingga sulit memutar kembali waktu untuk mencari jalan mana saja yang sudah kita lewati.

Dik, sudah terlalu banyak kata-kata yang pernah kita ucapkan, maka terkadang satu kata sekalipun itu tak lagi memiliki makna. 

Dik, aku tak tahu kau dengan siapa, dimana, dan mau kemana. Aku tak ingin menggali lebih dalam tentang dirimu, sebab aku tahu kau berhijab, beragama, dan ber Tuhan. Jika kau penuhi semua kategori itu, berarti aku tak pernah meragukan posisimu saat ini. 

Dik, apa lidahku pernah salah saat menegurmu, kau tersinggung, kau marah? jika benar, apa dengan begitu kau harus mencari lidah lelaki lain yang cocok dengan lidahmu? Ah, semua bisa saja. Dengan begitu, kau memiliki hak untuk melepas semua penanda di anggota badan itu. 

Dik, ketika seorang perempuan begitu mencintai duniawinya, maka konsep "mencari lagi" lebih banyak di dasarkan pada nafsu dunianya, sehingga dia memperlakukan lelaki layaknya barang-barang yang bisa dipakai pada saat dia suka. Disnilah masalah itu selalu terjadi, ia tak bisa menjadi penyeimbang dalam hubungan. 

Dik, disinilah tantangan terbesar perempuan, ia harus selesai dengan dirinya sendiri dulu, karena laki-laki dihadirkan padanya sebagai imam, pemimpin, dan bukan sebagai barang rongsokan.

Dik, apa kau rasakan cuaca malam di luar sana begitu dingin? Ya, aku dapat merasakannya, sedingin hubungan kita saat ini.


1 Desember 2016
Saat malam dan dingin berakrab


Rachel

Thursday, December 15, 2016

Rachel Datang Disaat Hujan


Lampu merkuri ditepi jalan itu telah lama menyala, sebelum malam, atau mungkin tak pernah padam. Sejak tadi Rachel mununggu, berdiri tak jauh dari tiang lampu jalan.

Malam itu langit sedang mendung. Hingga akhirnya, hujan pun turun. Kadang deras, kadang gerimis. Rachel tak beranjak kemana-mana. Lebih baik ia menunggu, menunggu Dian, seseorang yang sangat ia sayangi, seseorang sangat ia cintai. Setelah beberapa lama tak bertemu, Rachel sangat merindukannya.

Hampir setahun lamanya, jarak memisahkan dirinya dengan Dian. Meski begitu, namanya tetap melekat dalam ingatannya. Kemanapun Rachel pergi, sekalipun banyak wajah wanita lain yang pernah dilihatnya, wajah Dian tak pernah hilang dari rekam matanya. Kalaupun, mata dan telinga Rachel tak berfungsi, mungkin ia bisa mengenalinya melalui penginderaan lain. 

Hujan masih membasahi alam, angin belum mau membawa awan hitam itu untuk pergi, begitupun dengan Rachel, dinginnya malam tak mampu membujuk Rachel untuk mencari kehangatan, matanya masih memantau setiap kendaraan yang melintas. Di bawah sinar lampu jalanan, Rachel terus memeluk erat tubuhnya yang sejak tadi dingin, ia kedinginan.

Malam semakin larut, hujan pun masih setia turun menemani Rachel. Bibir Rachel sedikit pucat, hampir sekujur tubuhnya basah, tapi ia tak beranjak selangkah pun, ia masih ditepi jalan yang mulai terlihat sepi. Apa yang dinantinya, belum juga tampak. Rachel tetap menanti, walau dingin karena basah, walau dingin menembus tulang. Meski hujan, Rachel sama sekali tak menyalahkan fenomena alam ini, apalagi marah dengan Sang Penciptanya.

Sebenarnya Rachel khawatir. Sampai selarut ini perempuan yang ditunggunya belum juga pulang. Sesekali ia membuka layar mobile phone, dimatikan, lalu dibukanya lagi. Rachel memang gelisah. "Kenapa ya Dian belum juga pulang, harusnya jam segini ia sudah berada dalam kamar dan berselimut" Rachel membatin.

Dua jam waktu terpakai ditempat itu, tinggal ada satu atau dua kendaraan yang melintasi jalan. Jalanan mulai sepi, hanya ada Rachel bersama hujan dan dingin. Rachel mencoba mengakrabkan diri dengan alam, meskipun hujan dan dingin tak mengenalnya di malam itu. 

Lampu sorot sebuah mobil tampak memantul dari genangan air di sebelah Rachel. Suara ban mobil semakin jelas melejit di jalan yang basah. Mobil itu lambat laun menepi tak jauh dari motor butut Rachel terparkir. Suara mesin mobil itu tak lagi meninggi, diganti dengan suara detak jantung Rachel. Siapa gerangan di dalam mobil itu? 

Rupanya itu Dian, perempuan yang ditunggunya sejak tadi, sebelum hujan, lalu gerimis, sampai hujan lagi. Ya, itu Dian, kekasihnya yang ditunggu sejak beberapa jam lalu. Dengan hati-hati Dian menuruni mobil, sementara Rachel masih berdiri ditempatnya, mematung, wajahnya kusut, hatinya remuk, pikirannya kosong, ia seperti lupa diri. 

Rachel tak menyangka, Dian yang dikenalnya selama bertahun-tahun itu telah bersama seseorang, seorang lelaki yang tak lain adalah teman Rachel semasa sekolahnya dulu. Sungguh, Rachel tak menyangka dengan keadaan ini. Ia tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Rachel mencoba untuk memperteguh diri, ia melepas pikiran-pikiran liarnya. Rachel mencoba untuk bersikap tenang, hatinya dibawa riang, ia lalu menyapa Dian yang kelihatan sedikit lelah dan cuek. 

Malam itu sebenarnya Rachel ingin mengajak Dian bercerita, cukup lama tak bersua, ia sangat rindu, Rachel ingin duduk berdua, dengan segelas kopi. Tapi, pertemuannya dengan Dian singkat saja. Rachel mencoba untuk memahami Dian yang mungkin kecapean. Sejak pagi ia berkantor sampai malam hari. Rachel paham betul, kalau Dian butuh istrahat. 

Malam itu tak sekedar datangnya hujan, bahkan lebih dari hujan, basah dan dingin. Rachel hanya tertunduk, meratapi apa-apa yang harus disesali. Apa yang ditunggunya hanyalah sebuah mobil, seorang lelaki dan seorang perempuan. Rupanya Rachel datang diwaktu yang tak tepat. Seharusnya ia datang dimusim lain, diwaktu ketika bulan dan bintang-bintang bertaburan dimalam hari.

Popular Posts