Friday, May 19, 2017

Secangkir Teh Pagi Ini


Sumber: http://capslocknet.com/secangkir-teh-di-pagi-hari/
Pagi itu selalu indah, saat kau melihat siluet cahaya mentari perlahan naik di ujung sana. 

Pagi itu membawa ketenangan, saat bangunmu tanpa beban dari hari-hari yang membosankan. 

Pagi itu memberi sejuk, menyejukkan hati dari kegerahan yang membuatmu tak nyaman.

Pagi itu adalah tanda, bahwa kegelapan telah berlalu dan cahaya baru saja datang.

Pagi itu menjadi terapi, dari embun yang meneduhkan jiwa.

Pagi itu menjadi awal dari segala aktivitas, segalanya di mulai dari membuka pintu pagi sampai dengan menutup pintu malam. 

Pagi itu menjadi pengingat, bahwa hari ini ada sepucuk harapan yang harus di kejar. 

Pagi itu seperti bunga, yang mekar dan memberi wangi.

Pagi menjadi momen paling indah, ketika seseorang dengan hangat membangunkanmu dari tidur.

Hey, aku tahu kau baru saja melelapkan mata. Aku tahu, malammu adalah pagi dan pagimu adalah malam. 

Hey, aku tahu kau tak ingin hidup dengan cara seperti itu, aku tahu kau tak menginginkannya. Tapi semua kau lakukan karena tuntutan, demi harapan yang telah lama kau impikan.

Hey aku tahu, kau ingin pagi sebagaimana pagi dulu yang kau rasakan.

Hey, aku sudah menyiapkanmu secangkir Teh pagi ini. Mungkin kau mau meminumnya di siang nanti, atau di waktu malam saat pagimu baru saja di mulai.

Monday, May 1, 2017

Cukup Sudah




CUKUP lama menatap layar papan ketik, juga lama mencari sesuatu kata pembuka dari kalimat-kalimat ini. Cukup lama mencari alur cerita agar bisa dituang kembali dalam sebuah tulisan, sebab ide yang hampir memudar. Cukup lama meninggalkan ruang tulis ini, juga cukup lama tak bercurah dalam catatan-catatan kecil ini. Tak ada alasan yang pasti untuk menjelaskan secara rinci atas kemalasan yang setiap kali mendera. Tetapi, cukup sudah alasan-alasan tak pasti itu terus menyumbat ruang-ruang ide. Apapun itu, hanyalah alasan. Aku sadar, mestinya aku tak sulut dalam kubangan rasa malas. Aku sadar, ini hanyalah kisah yang tak perlu di simpan terlalu lama. Aku sadar, cukup lama  memikirkanmu, juga cukup lama untuk bangkit dari hal yang remeh temeh. Hay, cukup lama kita tak bertemu, juga cukup lama kau tak bersandar di bahu ini. Maukah kau menemaniku ngopi hingga datangnya fajar? Aku ingin melihatmu tersenyum pagi ini. 
***
MALAM semakin pekat, hembusan angin turut membawa dingin. Malam ini laksana pekat kopi yang juga mulai terasa dingin. Hay, aku tak perlu menyebut namamu dengan jelas. Bagiku, namamu tak perlu di sebut malam ini. Kau pasti tahu aku bercerita untukmu, pun kau pasti tahu aku ngopi hingga pagi. Aku hanya coba mengembalikan hasrat menulis ini, dengan mencoba kembali membangun ruang privat dalam imajinasi. Untuk itu, aku memilih kau menjadi pemeran atas cerita nanti. Kau menjadi subyek, kau menjadi figur dalam perjalanan cerita nanti, kau menjadi napas dalam setiap kisah. Seperti apa kisahnya? mari ngopi dulu, setelah itu baru ku ceritakan. 

Popular Posts