Friday, May 25, 2018

Selamat Jalan Hernowo Hasim

Photo by yadilaode

Buku Mengikat Makna karya Hernowo Hasim, buku yang pernah diberikan langsung oleh Kang Yus kepada saya - karena sedih ketika itu melihat saya berjalan tertatih-tatih di dunia literasi. Saya tak pernah terbayang untuk mau berkelana di Bumi aksara. Tapi dengan keberanian dan penuh percaya diri, pada akhirnya bisa juga melahirkan karya tulis. Memang masalahnya bukan karena tidak mampu menulis, tapi soal kemauan untuk memulai, sehingga keragu-raguan tidak selalu datang menghantui.  

Buku Mengikat Makna menjadi buku pertama yang mengasah kemampuan saya untuk menulis. Buku yang menggugah saya agar mau menyusun kata per kata menjadi sebuah kalimat. Buku itu menjadi virus yang memacu adrenalin saya agar berani menuangkan gagasan menjadi sebuah tulisan. Buku Mengikat Makna, sukses memprovokasi saya agar menulis apa saja - dengan gaya saya sendiri - tanpa ada kriteria khusus mengenai style, tata bahasa, atau struktur kalimat. Sebagaimana tulisan karya ilmiah yang serba kaku itu. 

Pak Hernowo justru memberi cara agar menulis dengan cara sendiri. Terserah apa yang anda inginkan. Yang penting anda merasa nyaman dan tidak ada tekanan ketika menulis. Kata beliau, menulis lah untuk diri sendiri (Selfish). ”Seolah-olah kita hanya hidup sendiri di dunia ini, mungkin orang-orang menganggap egois, tetapi bila sudah menemukan selfish untuk menulis. Maka, menulis sudah seperti bernafas”.

Namun, hari ini saya mendapat kabar duka dari percakapan disatu group WhatsApp. Tuhan memanggil Pak Hernowo dan meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Terakhir, saya sempat mengkuti kuliah singkatnya melalui group WhatsApp Odeliterasi beberapa bulan lalu. Dalam kuliah singkat itu, beliau kembali memberi motivasi tentang manfaat membaca dan menulis, bagaimana mengatasi masalah membaca dan menulis, juga memberi rasa percayaan diri untuk terus menulis. 

Kepergian beliau tidak hanya meninggalkan duka mendalam dari keluarga dan para kerabat, tapi juga setiap kita yang pernah mendapat kebaikan dari nasihat dan ajaran-ajaran beliau semasa hidup. Atas semua kebaikan yang pernah diberikan, doa kupanjatkan untuk almarhum, semoga beliau tenang di alam sana. Semoga amal dan perbuatan almarhum dapat diterima disisi-Nya. Amin.

Jakarta, 25 Mei 2018



Friday, May 18, 2018

PILKADA, Usaha Merebut Pemilih Generasi Milenial

Investasi-Milennial.com
PEMILIHAN Kepala Daerah (PILKADA) serentak tahun 2018 sudah di depan mata. Dengan begitu, pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Baubau untuk periode 2018-2023 tinggal menghitung hari. Setiap kandidat yang terjun dimedan pertempuran semakin ekstra mempersiapkan segala hal untuk meraih kemenangan. Taktik dan strategi semakin dimantapkan. Barisan tim pemenangan pun kian dikuatkan. Mesin-mesin partai yang menjadi kendaraan politik kandidat, sudah bersiap melesat dengan kecepatan tinggi. 

Di arena Pilkada, partai-partai politik banyak mendapat panggung untuk bersosialisasi. Momentum ini menjadi kesempatan partai untuk menggalang dukungan. Ruang di pemilihan kepala daerah cukup besar bagi kader-kader partai merebut hati masyarakat. Polarisasi  yang dibangun dengan memperkenalkan latar ideologi, menawarkan aneka program, serta bagaimana setiap partai politik mampu menunjukkan keberpihakan mereka kepada rakyat. Sejurus dengan partai politik, para calon kepala daerah juga berjuang merebut hati pemilih dengan menawarkan janji dan program.

***

DALAM Konteks pemilihan kepala daerah, misi partai politik dan misi calon kepala daerah sedikit berbeda. Partai politik sejatinya menjadi garda terdepan dalam memenangkan calon kepala daerah yang diusungnya. Partai politik dianggap lebih mengakar dimasyarakat harus mampu menggerakan people power agar dapat memenangkan pertarungan. Tapi apa daya, keberadaan partai politik di daerah kita tidak selalu dilihat dengan citra yang baik. Pandangan mereka menjadi seperti itu, sebab partai politik selalu salah dalam menjalankan perannya sebagai penggerak demokrasi. 

Terlepas dari apapun misi dan agenda-agenda partai politik, mayoritas masyarakat daerah kita tidak dalam wacana memenangkan partai politik. Menjelang hari pemilihan Walikota dan Wakil Walikota saat ini, masing-masing kita tengah dalam kesibukan mencitrakan kandidat serta mengajak orang-orang disekitar kita agar mau ikut terlibat dalam kampanye-kampanye politik. Masing-masing tim pemenangan menyajikan program, kefiguran, serta alasan-alasan menjatuhkan pilihan kepada pasangan calon tertentu. Berbagai upaya dilakukan setiap tim sukses untuk menggalang dukungan dari masyarakat. Strategi dan metode dijalankan untuk mengefektifkan kerja-kerja tim dilapangan. 

Kita bisa melihat, karakteristik pemilih di kota kita cenderung mulai terbuka dan sedikit moderen. Tentu berbeda dengan pemilih di desa yang awam dengan politik praktis. Karakteristik desa yang jauh dari hiruk-pikuk politik, masih berada dalam politik tradisional. Masyarakat desa lebih tertutup dalam hal urusan politik. Bagi mereka, lebih baik tertutup soal pilihan politik demi menjaga rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang telah lama membudaya dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Belakangan ini beberapa survey menyajikan data tentang kecenderungan masyarakat kita yang akan memilih pasangan calon karena program-program yang ditawarkan lebih tepat untuk kebutuhan daerah serta kebijakan yang pro terhadap masyarakat lapis bawah. Hasilnya, relatif banyak pemilih yang ingin menyumbangkan hak suara kepada pasangan calon karena memiliki visi serta inovasi-inovasi besar membangun daerah. Visi dan programnya bisa membawa Kota Baubau ke arah yang lebih baik lagi. Meskipun sebenarnya, pilihan dari mereka beberapa masih dilatari oleh alasan-alasan tertentu. Misalnya karena satu suku, satu kepentingan kelompok, atau masih satu garis keturunan dan lain-lain.

Dari catatan survey, tidak sedikit pemilih dari kalangan anak muda mengutarakan alasan-alasannya menginginkan ada sosok baru dalam pemerintahan. Alasan mereka cukup rasional, yakni memilih kandidat karena program-programnya menyasar langsung ke kelompok anak muda. Alasan lain yang mereka pilih, karena kandidat menghadirkan program yang bisa menghidupkan kelompok-kelompok ekonomi kreatif di kalangan anak muda. Bagi kaula muda, program-program pemerintah bisa memberi manfaat dan dampak ekonomi secara langsung kepada mereka. Sebab, apa yang mereka alami ketika produk dan inovasi telah dibuat, pemerintah tidak hadir memberi dukungan. Padahal, buah tangan hasil kerja mereka bisa bernilai ekonomi yang dampaknya bisa memicu geliat ekonomi daerah. 

Salah satu sasaran setiap calon kepala daerah adalah dengan merekrut kelompok-kelompok anak muda. Kita bisa lihat, tidak hanya elit politik daerah yang merangkul pemilih kaum muda. Para elit politik nasional mulai menunjukkan keberpihakan mereka ke setiap kelompok ini. Di kota Baubau, kategori pemilih untuk usia muda atau rentang usia antara 17 sampai 35 tahun, pemilihnya ada sekitar 35-40% suara yang bisa di perebutkan. Banyak diantara mereka masih berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa. Di luar itu, selebihnya mereka bergelut dalam dunia seni, usaha dan jasa. 

Pemilih generasi milenial ini memiliki karakter khusus dalam menentukan pilihan politik. Mereka akan memilih jika kandidat mampu membaca trend dan perilaku anak muda. Logika politik mereka sedikit berbeda dengan pemilih usia tua. Kecenderungan pemillih usia muda yang belum terpola dan berafiliasi dalam kelompok politik atau tim sukses, masih belum menentukan sikap dalam pemilihan. Anak-anak muda itu lebih memilih sibuk dengan apa yang disebut sebagai passion mereka di dunianya masing-masing. 

***

PEMILIHAN kepala daerah hanya berlangsung beberapa saat, tapi persaudaraan diantara kita akan terus berlangsung sepanjang masa. Praktik-praktik politik mestinya dijalankan dengan baik dan bisa memberi edukasi pada setiap generasi. Kebebasan dan hak memilih bagi setiap warga tetap harus dilindungi tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Pesta demokrasi tidak dilihat sebagai euforia politik, tapi bagaimana menjadikan momentum pemilihan sebagai pembelajaran politik bagi kita di daerah. Tentu dengan tetap menjujung tinggi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang kita miliki. 

Masyarakat juga harus bijak dalam menggunakan media sosial. Setiap pesan dan pendapat yang disampaikan melalui postingan, tidak menimbulkan fitnah dan cacian. Sebab setiap tulisan di media sosial, akan mencerminkan diri kita sebenarnya. Segala hal yang memicu lahirnya konflik, bisa diredam dengan tidak menebar kebencian. Jika melihat catatan kelam kejadian beberapa waktu silam, konflik banyak dipicu oleh hal-hal sepeleh. Padahal, kelompok ini sangat rentan terpola dan dimanfaatkan oleh kepentingan segelintik orang yang menginginkan konflik. 

Oleh karenanya, menjadi tugas kita bersama untuk saling mengingatkan dan saling melindungi, sekalipun pilihan dalam politik nanti berbeda. Karena kita tahu bersama, kota Baubau merupakan salah satu kota penting dan amat diperhitungkan dari daerah-daerah lain di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota ini diharapkan mampu berkembang lebih cepat dengan memanfaatkan segala potensi sumberdaya yang ada.

Kita harapkan, melalui peran anak muda, generasi milenial ini bisa memberi kontribusi positif demi kemajuan daerah. Sebagaimana Irwan Waris (2013), pemilih muda sejatinya ikut menentukan keterpilihan pemimpin, baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal. Siapapun mereka yang hari ini bertarung dalam pemilihan kepala daerah, tugas kita yang paling penting adalah menciptakan iklim demokrasi yang sehat dan dewasa.


Jakarta, 18 May 2018

Popular Posts