Friday, July 28, 2017

Beras Lokal Vs Beras Impor


Mungkin tak seberapa produksi padi yg dihasilkan, pun nilai yg didapat dari penjualan tak sebanding dgn harga pupuk dan jenis obat pembasmi hama. Apalagi stok beras impor masih mendominasi pasar. Pada akhirnya, beras lokal dibeli dgn harga murah, petani semakin lesu menjalani profesi mereka. Tak sedikit sawah-sawah beralih fungsi, lahan sawah semakin sempit.   

Di daerah ini, beras-beras impor memang merajai pasar dgn berbagai macam merk. Mulai beras yg wanginya minta ampun, sampai yg bulir-bulirnya mirip berlian. Masyarakat kota yg konsumtif tak pernah soal dgn urusan perut. Sepanjang isi dompet masih bisa menjangkau harga beras bermerk, maka beras Bulog dan beras2 lokal selalu menjadi "ban serep". 

Kerja-kerja makelar beras memang sistematis dan licik. Bagaimana mereka mendapat keuntungan belipat-lipat dari beras yg mereka jual. Mereka tak peduli dgn harga beras yg dijual langsung oleh petani. 

Para makelar beras itu sesungguhnya bukan mereka yg hari-harinya bertani, pun bukan mereka yg sejak pagi sdh berjalan dipematang sawah. Para makelar beras lebih sering berada di dalam pabrik, menimbun serta mengatur skenario harga beras dipasaran. Mereka serupa lintah sawah yg menghisap darah petani.

***

Sore ketika waktu memanggil pulang, disana hanya ada seorang ibu sedang mengumpul gabah dari sisa-sisa panen. Gabah disimpan kedalam karung dan esok siap digiling untuk menjadi beras.

Perlahan, matahari turun ketempat peraduannya. Saya pun kembali pulang.

Popular Posts