Thursday, October 30, 2014

Dari Pengepul Ikan Sampai Jadi Menteri

KITA sudah saksikan bersama, 34 orang masuk dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Ada banyak wajah-wajah baru yang menghiasi kursi Kementrian kali ini. Dari formasi kabinet, 13 orang diambil partai politik dan 21 orang dari kalangan profesional. Ada perbedaan dengan kabinet presiden yang lalu. Kabinet Kerja ala Jokowi JK tak se ekslusif kabinet Presiden SBY. Di Kabinet baru Jokowi JK, 8 orang dipilih dari kaum perempuan. Mereka dipilih dengan sangat selektif dan memiliki jejak rekam yang baik. Mereka tak begitu saja masuk dan mengisi kursi kementrian. Melalui hak prerogatif Presiden, nama-nama calon menteri di filter terlebih dahulu oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebelum di umumkan dan masuk dalam jajaran Kabinet Kerja. Hal itu mencegah adanya kemungkinan menteri-menteri yang tersandung kasus korupsi saat menjabat nantinya.
 
Sumber: Tempo.com
Sumber: Setneg.go.id
Sumber: koran-sindo.com
Dari beberapa menteri perempuan yang ditunjuk Presiden, adalah Susi Pudjiastuti salah satunya. Ia ditunjuk sebagai menteri kelautan dan perikanan. Namanya kini ramai diperbincangkan karena dirinya hanya lulusan SMP. Pemilik pesawat Susi Air ini menjadi topik hangat yang diperbincangkan di dunia maya. Tak sedikit dari mereka melontarkan kritik pedas kepada Presiden karena mengangkat Susi menjadi menteri. Para pengkritik menyayangkan sosok menteri yang perokok, bertato, dan tak memiliki gelar akademik itu masuk dan menjabat sebagai menteri. “Kok ada menteri diangkat dari lulusan SMP? kalau tau gitu kita tak perlu sekolah tinggi-tinggi donk” tulis seorang pemilik akun di media sosial. Sepanjang komentar yang kulihat ada banyak cacian dan hinaan yang bergulir dari warga di media sosial itu.    

Melihat jejak rekam Susi Pudjiastuti. Ia mengawali karirnya dengan menjadi pengepul ikan disebuah tempat di pangandaran. Pendidikan yang ditempuh memang tak sampai menamatkan diri hingga ia lulus SMA. Namun tak henti sampai disitu. Setelah ia tidak lagi bersekolah, Susi terus berusaha dengan bisnisnya hingga ia mendirikan pabrik pengolahan ikan dan terus meluas hingga dipasarkan ke Asia dan Eropa. Usahanya sempat merosot saat ia menjalankan misi kemanusiaan di Aceh. Kejadian itu merubah arah bisnisnya disaat bisnis perikanannya mulai merosot. Susi membantu dan menyewakan pesawatnya selama tiga tahun untuk mengangkut logistik para korban tsunami. Pada akhirnya, usaha itu melebar sampai ke perusahaan penerbangan dan memiliki 50 pesawat terbang dari beragam jenis. Dari usaha dan bisnisnya, sederet prestasi dan penghargaan ia peroleh. Kini, ia telah ditunjuk sebagai menteri perikanan dan kelautan Republik Indonesia.     
     
Mengutip sebuah cerita dari seorang petani malam itu:
“Suatu hari, di acara lomba menggambar yang di ikuti oleh ribuan Profesor dan Seorang anak Taman Kanak-Kanak. Dalam acara itu, panitia lomba memberi soal dengan judul “Menggambar Hantu” lalu diberikannya pensil dan kertas sebagai peralatan menggambar. Beberapa saat kemudian, para Profesor itu kebingungan dengan soal yang diberikan oleh panitia lomba. Tetapi tidak dengan peserta lain, adalah seorang anak Taman Kanak-Kanak. Ia tak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan soal yang diberikan kepadanya. Anak itu langsung mengambil alat gambar lalu mencoret-coret kertas dengan sebuah pensil. Baginya, itulah jawaban yang benar. Para Profesor itu justru tak melakukan apapun, mereka bingung dengan soal yang ada. Anak itu dengan gampangnya menyelesaikan gambar dan akhirnya ialah pemenang dari lomba itu.”
Kejadian menarik juga pernah dialami petani itu. Ia kedatangan seorang tamu dari dinas terkait. Tamu itu datang untuk melihat kolam ikan miliknya. Karena melihat banyaknya jenis ikan yang disimpan dalam satu kolam, tamu itupun bertanya. “Kenapa semua jenis ikan disimpan dalam satu kolam? Apakah ikan-ikan itu tidak saling memakan? Petani itupun dengan gampang menjawab. “Selagi ikan-ikan itu sering diberi makan, maka mereka tak saling melukai apalagi sampai membunuh. Ikan-ikan itu justru tumbuh besar dan bertambah banyak”. Petani itu kembali bertanya kepada tamunya, “Apakah bapak punya kolam ikan dirumah? Tamu itupun menjawab, Tidak”.

Bagi petani itu, untuk belajar cara memelihara ikan tak perlu menunggu lama dan belajar dari pakar atau para ahli. Kita butuh kerja nyata dan belajar dari yang pernah ada dan sudah terjadi sebelumnya. Pendidikan formal memang amat sangat penting di negeri ini, tetapi tidak mengabaikan ilmu dari mereka yang bersekolah di sawah dan di laut. Merekalah yang selama ini banyak tahu tentang alam, justru pada mereka kita banyak tahu tentang ilmu tanam dan ilmu tangkap. Pada nelayan dan petani kita dapat merasakan dan menikmati hasil alam yang berlimpah ruah ini.

Bahwa anggapan mereka yang menduduki jabatan menteri adalah orang-orang yang intelektual dan dibuktikan sederet gelar akademik, adalah mereka yang sering berbicara dan tampil dilayar kaca sebagai pengamat, atau kepada mereka yang banyak berjasa dalam setiap ajang kompetisi. Bagi saya, belum tentu para penyandang gelar itulah yang hebat dan mau berkerja untuk hajat hidup orang banyak. Tidak sedikit dari mereka kini mendekam dibalik sel tahanan karena kecerdasannya "merampok" uang rakyat. Kita tunggu dan beri waktu kepada wanita lulusan SMP ini untuk berkerja.



Baubau, 30 Oktober 2014

Thursday, October 23, 2014

Inspirasi dari Kompasianer of the Year 2013

HAMPIR sebulan saya tak membuka ruang tulis ini, sejak kesibukan menyita banyak waktu dan melibatkan diri di banyak kegiatan. Waktu menjadi sangat penting disitu. Sebenarnya kesibukan bukan menjadi alasan kuat untuk menghalangi segenap hobi. Mungkin saja, kita menjadi tidak fokus untuk memikirkan mengenai hal-hal apa saja yang mesti dituangkan kedalam tulisan. Kini, sebagai penulis baru saya banyak belajar dari Hernowo melalui bukunya “Mengikat Makna”. Buku yang kudapat dari sang senior Yusran Darmawan yang selama ini menjadi teman dan guru didik saya dalam dunia kepenulisan, meski ia tidak megajarkan secara langsung kepada saya tentang bagaimana cara dan teknik yang baik. Namun, saya dapat belajar dari setiap tulisan yang di postingnya. Tulisannya penuh dengan makna dan tak bosan-bosannya untuk selalu dibaca. Setiap tulisan yang selalu ia hadirkan, tak satupun kulewatkan untuk dibaca. Beberapa buku juga ia sudah buat dan kini banyak beredar di toko-toko buku. Dari tulisan-tulisannya saya terus memotivasi diri untuk selalu menulis. Tanpa ia tahu, tulisannya telah banyak kubaca dan telah mengajarkan banyak hal tentang pentingnya menulis di era sekarang ini. Era dimana kita sudah dengan mudahnya mendapatkan akses informasi dan saling berkomunikasi. Sayangnya, kita masih kurang memanfaatkannya dengan baik bahkan sering kali disalah gunakan untuk kepentingan lain.

Sumber: Yusran Darmawan
Di blog, saya terbilang pendatang baru. Belum banyak catatan yang kusimpan ditempat ini. Tentu tak sebanding dengan para blogger yang produktif dalam menulis. Mereka sangat aktif. Misalnya, blog milik sang idola http://www.timur-angin.com/ yang di dalamnya ada ribuan judul tulisan dan tidak sedikit pengunjung yang pernah mampir diblog itu. Semenjak ia aktif ngeblog, tulisannya telah menginspirasi banyak orang. Itu karena ia mempunyai gaya tulis yang khas dan ringan untuk dibaca. Pantas saja ia meraih penghargaan bergengsi diajang Kompasianival dan dianugrahi sebagai Repoter Warga Terbaik dan Kompasianer Of The Year 2013, itu karena ia sangat produktif dalam menulis. Baginya, “Menulis adalah proses meditasi. Menulis adalah menjamkan semua insting dan indra kita dalam interaksi dengan semesta. Menulis adalah keheningan yang memekakan telinga kita untuk mendengar setiap tetes air dan dawai yang lirih dikesunyian. Menulis adalah proses menyatu dengan alam, proses menangkap gerak spontan semesta dan kemudian dilukis dalam kata. Menulis adalah upaya menangkap makna, mengikatnya kemudian mengabadikannya.” Itulah sebabnya, saya terdorong untuk selalu mengasah diri lewat kegiatan menulis. Maka penting bagi kita untuk selalu membaca. Sebab, membaca akan memperkaya khasanah kekayaan berpikir untuk mengekplorasi bahasa kedalam sebuah tulisan. Gaya dan bahasa tulisan yang ringan akan memikat banyak pembaca nantinya.

Sumber: Yadi La ode
Dari buku yang kubaca, banyak problem yang sering kali muncul dalam kegiatan membaca dan menulis. Seringkali kita menjadikannya sebagai beban, tentu akan mendatangkan strees nantinya. Tidak adanya percaya diri malah akan memunculkan kecemasan, apalagi menganggap membaca sebagai siksaan. Ketidak berdayaan kita dalam membaca dan menulis tentu menjadi masalah dalam hidup. Buku karya Hernowo telah menjawab masalah yang sering ku hadapi setiap kali ingin membaca dan menulis. Ada tiga langkah cara untuk memecahkan problem-problem membaca dan menulis. Pertama, membangun "ruang privat" didalam pikiran anda, Kedua. Menyelenggararakan kegiatan membaca dan menulis secara bersamaan, Ketiga. Berusaha sekuat daya untuk meraih makna. Disepanjang halaman buku, anda akan terbantu mengatasi problem-problem dalam membaca dan menulis. Manfaat yang didapat setelah membacanya, kita bisa menulis dengan ringan tanpa beban, dapat membaca dengan nikmat, menulis dengan penuh percaya diri, berhasil menggali setiap materi dari dalam diri, menulis dengan penuh kesabaran dan tidak terburu-buru. Tentu anda sangat berdaya setelah mempelajarinya. 

Sebulan lalu saya mengalami sedikit masalah  dengan akun ku di blog Kompasiana yang tiba-tiba saja terblokir. Entah, ada masalah apa sehingga saya tak bisa lagi membukanya. Saat itu saya hendak memosting tulisan. Awalnya gagal, lalu kucoba kembali. Tak ada pesan pemberitahuan dari sang admin, tiba-tiba saja muncul dilayar kalau akun ku sudah terblokir. Sontak, hati ini surut seakan tak percaya kalau masalah akan menimpa akun blog ku di kompasiana. Saya sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi dan memulihkannya. Sayangnya hingga saat ini saya sudah tak bisa membukanya lagi. Dalam batin, saya sedikit kecewa dengan sang admin. Mestinya ada pemberitahuan sejak awal agar saya bisa mengantisipasi. Mulanya, saya hanya ingin memosting tulisan terkait masalah hukum atas dugaan korupsi salah seorang kepala daerah yang sebelumnya telah diberitakan majalah Tempo. Niatnya agar opini ini bisa kembali dibaca dengan gaya dan bahasa tulisan saya. Mungkin ada yang salah dari tulisan itu sehingga merugikan pihak Kompasiana nantinya. Setahu saya, tulisan itu masih dalam batas kewajaran dan layak untuk dibaca. Entah, itu hanyalah subjektifitas saya atau mungkin saja ada kesalahan teknis saat mengoperasionalkannya dan pada akhirnya berakibat fatal.

Sumber: Yusran Darmawan
Baiklah. Saya tak mempersoalkannya lagi, yang lalu biarlah berlalu. Saya hanya mengantarkan pemikiran ini pada sisi positif dan mengambil setiap hikmah dari setiap masalah yang menimpa. Sebagai penggantinya, saya kembali membuat akun baru lalu meminta bergabung kembali di Kompasiana. Bagi saya, menulis adalah kegiatan positif yang mesti dilakukan oleh siapa saja untuk saling berbagi pengetahuan. Ada banyak orang yang ingin berbagi informasi lewat tulisan, baik lewat media cetak atau media elektronik. Mereka tak melihat sehebat apa yang anda tuliskan. Tetapi dari tulisan anda, akan banyak yang menjadi tahu. Ada kebahagian tersendiri usai melakukan kegiatan ini dan bangga kepada sang Kompasianer Of The Year 2013 karena menjadi penulis terbaik dari ribuan orang yang menulis di blog itu.



Baubau, 23 Oktober 2014

Popular Posts