Monday, May 30, 2016

Di Saat Mengunjungi Pulau-pulau Terluar


PAGI itu, aku bersama tim bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Samratulangi Manado. Berada di ujung jazirah pulau Sulawesi, penduduk kota Manado mayoritas berasal dari suku Minahasa, namun sub suku Tombulu merupakan penduduk asli. Saat kami tiba, sebuah kalimat “Salam Baku Dapa di Kota Manado” terpampang diatas pintu keluar terminal. Kelompok pemusik yang berada disudut ruang terminal juga menyambut setiap orang yang datang. Mereka memperkenalkan budaya melalui musik yang dimainkan. Benar, bandara menjadi pintu gerbang utama sebuah kota. Bandara menjadi halaman depan untuk memperkenalkan budaya, wisata, dan keberagaman suatu daerah.

***

SAAT ini, aku terlibat dalam kegiatan riset yang dilakukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil, Sub Direktorat Penguatan Masyarakat Adat dan Lokal. Bentuknya adalah kajian tentang masyarakat adat dan mencoba menganalisis isu-isu terkini tentang permasalahan yang dihadapi masyarakat desa, serta mengidentifikasi apa-apa yang menjadi kebutuhan mereka. Hasil dari kajian nanti menjadi dasar dan upaya untuk meningkatkan peran serta mereka dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan pesisir. Secara spesifik, kajian ini bertujuan untuk: (a) melakukan identifikasi dan pemetaan masalah, kebutuhan, dan potensi yang dimiliki masyarakat adat, (b) mengindentifikasi kelembagaan adat/lokal dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan pesisir, (c) melakukan perencanaan pemberdayaan masyarakat adat/lokal melalui pengelolaan serta pelestarian SDKP di pulau-pulau kecil berdasarkan kearifan lokal selama lima tahun kedepan.

Jika di Bogor Jawa Barat aku bisa melihat gunung Salak yang begitu perkasa dengan ketinggiannya mencapai 2.221 mdpl. Maka di kota Nyiur Melambai Manado, aku bisa melihat gunung Klabat yang ketinggiannya mencapai 2.100 mdpl. Tak jauh dari gunung Klabat, ada juga gunung Lokon di Tomohon, yang memiliki ketinggian 1.580 mdpl. Secara administratif wilayahnya juga masih dalam cakupan Provinsi Sulawesi Utara.

Ada beberapa kemiripan dari kedua daerah ini. Misalnya, letak dan geografi berada diantara gunung-gunung serta kondisi tanah yang subur dan alamnya yang sejuk. Selain Landscape alamnya, kesamaan lain kota Manado dan Bogor adalah jumlah angkot yang hampir tak terhitung dan berhamburan disetiap jalan. Angkutan transportasi dalam kota ini menjadi sumber mata pencaharian masyarakat dari sektor jasa. Di Bogor, orang-orang telah lama mengganti istilah kota Hujan menjadi kota Seribu Angkot. Sama halnya di Manado, para sopir angkot itu berkata kalau Manado kini telah berganti istilah. Jika dulu dikenal dengan kota Nyiur Melambai, sekarang menjadi kota sejuta angkot. Wah, kalah jumlah dengan Bogor kale ya? 

Rupanya tidak, itu hanya asumsi masyarakat saja. Mereka melihat kesemrautan lalu lintas jalan raya lalu membuat satu kesimpulan tetang jumlah angkot. Menurutku, kota Manado terbilang cukup tertata bila dibandingkan dengan Bogor. Apalagi kalau dilihat jumlah penduduk antara kota Manado dan Bogor sungguh jauh berbeda. Penduduk Bogor itu sekitar 950. 334 jiwa, sementara Manado hanya 410. 481 jiwa, itu di tahun 2010. 

Tak hanya itu, yang membuat kedua daerah ini banyak dibicarakan oleh kaum lelaki adalah wanita-wanita cantiknya. Mereka (kaum lelaki) seolah membuat zonasi antara perempuan di wilayah barat dan wilayah timur Indonesia. Para bidadari itu seolah menjadi representasi atas perempuan tercantik di Indonesia. Jika ingin melihat wanita cantik asal timur, maka berkunjunglah di Manado Sulawesi Utara dan kalau ingin melihat wanita cantik ala Indonesia barat, maka lihatlah wanita-wanita cantik nan anggun di Jawa Barat. Tetapi anggapan itu hanya pandangan subjektif sebagian lelaki, yang sebenarnya ukuran kecantikan itu hanyalah perspektif masing-masing orang saja.

Terlepas siapa wanita-wanita cantik itu, hari ini aku bersama tim tengah menunggu jadwal keberangkatan ke pulau Talaud dari pelabuhan Manado. Dan beberapa hari kedepan, roadmap ini akan berlanjut dengan mengunjungi pulau-pulau terluar lainnya, masih diujung utara pulau Sulawesi. Pulau-pulau kecil itu menjadi pagar perbatasan antara negara Filipina dan Indonesia. Beberapa pulau kecil kita masih jarang terjamah oleh tangan-tangan pemerintah. Akses laut selalu menjadi kendala untuk mendorong pembangunan. Itulah kenapa sarana prasarana selalu minim. Termasuk teknologi dan informasi. Yah, bersiap-siap untuk tak terkoneksi internet. Jangankan online, sinyal telepon saja dipastikan tidak ada. Selamat deh.

Meski begitu, pengalaman ini terasa sangat mengasyikan. Aku bisa menikmati perjalanan ini dengan passion ingin belajar banyak dari hal-hal baru. Pengetahuan itu sangatlah luas, membentang laksana samudra. Yup, sebentar lagi kapal yang membawa kami akan menarik jangkarnya, melepas tali, lalu melaju di laut lepas, melintasi Samudera Pasifik yang gelombangnya minta ampun. Baiklah kawan.

Manado, Sulawesi Utara, 30 Mei 2016

Saturday, May 28, 2016

Sekuntum Bunga Pagi Ini



Karena cinta, 
matahari mendapatkan sinarnya 
bunga-bunga mendapatkan harumnya 
serta madu mendapatkan manisnya.

Sekuntum bunga pagi ini
dirangkai dengan rintih kerinduan 
Waktu malam, mimpi-mimpi menjadikanmu gelisah
hingga pagimu dibasuh dengan tangisan kecil

Percayalah,
setiap embun pagi yang menetes
selalu memberi kesejukan
seperti doa yang memberi secercah harapan.

 You can do anything because you want it, and you can’t do nothing because you decided not to.

Monday, May 23, 2016

Suatu Malam yang Menyesakkan

Lampu merkuri ditepi jalan itu telah lama menyala, sebelum malam, atau mungkin tak pernah padam. Seorang lelaki berdiri tak jauh dari tiang lampu jalan. Malam itu memang hujan, kadang deras, kadang gerimis. Lelaki itu lama menanti, bukan karena hujan yang menghadang, ia memang sengaja berada dibawah sinar lampu jalanan, ia sedang menanti seseorang, entah siapa.

Malam semakin larut, hujanpun tak kunjung reda, malah semakin deras, tapi ia tak beranjak selangkahpun. Ia masih ditepi jalan yang kian sepi dari para pejalan. Namun yang dinantinya belum juga menunjukkan tanda-tanda. Ia tetap menanti, walau dingin karena basah, walau dingin menusuk tulang. Ia sama sekali tak menyalahkan hujan yang mengguyurnya.

Tampak lelaki itu mulai gelisah. Bukan karena ia kedinginan, ia khawatir sampai selarut ini yang ditunggunya belum juga datang. Sesekali ia membuka layar mobile phone, dimatikan, lalu dibukanya lagi. Ia memang gelisah, tak seperti malam-malam biasa ditempat itu. 

Satu jam atau hampir dua jam, hanya ada satu atau dua kendaraan yang melintasi jalan. Malam kian sepi hanya ada lelaki dan tiang lampu penerang jalan. Hujan mulai reda, tebawa angin namun masih menyisahkan dingin. Sedingin lelaki itu menunggu seseorang yang hampir tiba.

Benar, sinar lampu sebuah mobil dari kejauhan melejit diatas jalan yang basah, ia semakin basah. Mobil itu lalu berhenti tepat ditepi jalan tempat ia biasa memarkirkan motor bututnya. Siapa gerangan? Rupanya itu dia, dia yang ditunggunya sejak tadi, sebelum hujan, lalu gerimis, sampai hujan lagi. Apapun itu hanya tanda-tanda alam. 

Malam itu tak sekedar datangnya hujan, bahkan lebih dari hujan, basah atau dingin. Ia hanya tertunduk, meratapi apa-apa yang harus disesali. Apa yang ditunggunya hanyalah sebuah mobil, seorang lelaki bersama seorang wanita. Lelaki itu datang diwaktu yang tak tepat. Seharusnya ia datang dimusim lain, diwaktu ketika bulan dan bintang-bintang bertaburan dimalam hari. 

Jakarta, 23 Mei 2016

Sunday, May 22, 2016

Toleransi Beragama di Kota London

Sadiq Khan
TERPILIHNYA Sadiq Khan sebagai Walikota London adalah bukti bahwa keberagaman dan toleransi beragama di Negara Inggris itu sangat dijunjung tinggi. Sadiq Khan adalah warga muslim minoritas di kota London Inggris yang belum lama ini mejadi perhatian publik. Mengenal Sadiq Khan, keluarganya adalah imigran Pakistan yang kini menetap di London sejak tahun 1960. Khan lahir di London dari kalangan kelas pekerja. Sejak bersekolah, Khan bercita-cita ingin menjadi dokter gigi, namun seorang guru menganjurkannya untuk belajar hukum. Di tahun 2008, Gordon Brown mantan perdana menteri Inggris memasukan Khan di dalam kabinetnya sebagai Menteri Masyarakat dan kemudian Menteri Transportasi. Setelah Buruh kehilangan kekuasaan, Ed Miliband memasukan Khan dalam kabinet bayangan. Namun, pada Mei 2015, Khan mengundurkan diri dari kabinet bayangan lalu menjadi nominasi calon walikota dari Partai Buruh hingga ia memenangkan pencalonan itu.  

Kemenangan Khan adalah kemenangan seluruh masyarakat kota London. Kemenangannya setelah mengalahkan Zac Goldsmith putra seorang miliader berhaluan Konservatif. Khan memperoleh 44 persen suara sementara Goldsmith hanya mendapat 35 persen suara. Pertarungan kedua calon itu cukup sengit, kampanye gelap yang menuduh Khan memiliki hubungan dengan ekstrimis dan tuduhan anti-semitisme dalam jajaran Buruh telah gagal mencegah para pemilih memberikan hak suaranya untuk Khan. Kampanye Goldsmith selalu ditandai dengan kampanye-kampanye negatif, termasuk dari dalam partainya sendiri karena penekanannya pada hubungan Khan dengan dugaan ekstrimis. Para kritikus menuduh Goldsmith menyerang Khan atas dasar keyakinan Islam dan label rasis dalam kampanyenya. Namun apa respon Khan bersama Buruh, mereka mengatakan bahwa Konservatif sedang bermain halus dan bahkan tidak lebih halus dengan menyebar Islamfobia dan kampanye rasis. Memang, Pemilu ini bukan tanpa kontroversi, namun masyarakat London masih memiliki rasa ketakutan atas perpecahan. Harapan mereka adalah adanya persatuan yang menyatukan keberagaman itu. 

Zayn Malik
Tonton Video klipnya DISINI

Melihat jumlah umat muslim di Inggris 3.114.992 atau sekitar 5,4 persen dari jumlah populasi yang ada saat ini. Terpilihnya Khan sebagai walikota London memiliki beberapa arti penting, yakni mengirim pesan yang sangat jelas ketika kelompok-kelompok radikal mengatakan komunitas muslim tak punya tempat di Negara-negara barat. London telah mematahkan berbagai asumsi-asumsi itu. Terpilihnya Khan telah menjadi inspirasi bagi semua orang, bahwa agama dan etnisitas bukan menjadi halangan untuk tinggal di negara-negara barat.

Seperti yang dikabarkan beberapa media massa. Sadiq Khan mengundang kandidat calon presiden Amerika (AS) Donald Trump untuk berkunjung ke London agar belajar tentang Islam. Khan ingin mengenalkan Trump dengan pemain Leicester City Riyah Mahrez dan eks personel One Direction Zayn Malik. Alasan Khan mengundang Trump sebab bakal capres itu telah melarang seluruh warga muslim memasuki AS dengan alasan mencegah serangan teror. Menurut Khan, banyak orang tidak memiliki pengalaman yang benar soal Islam dan hanya belajar Islam dari media. “Ada penjahat, teroris, orang jahat melakukan tindakan teror dan terorisme menggunakan nama Islam untuk membenarkan tindakan mereka. Jadi saya menerima pandangan beberapa orang Islam yang telah tertutup oleh apa yang mereka lihat di televisi dan berita. Jadi maksud saya untuk Donald Trump adalah, jika itu adalah kasus pada pandangan anda tentang Islam yang bodoh, jika itu adalah kasus bahwa (Anda) belum pernah bertemu Muslim yang Kompatibel, yang nyaman dengan nilai-nilai Barat, datanglah ke London. Ada ratusan ribu warga London yang Muslim dan Barat, ujar Khan dalam sebuah wawancara dengan Huffington Post.   

Harris Jung
Tonton Video klipnya DISINI

Tidak hanya Khan yang telah menepis isu-isu sektarian di Inggris. Penyanyi muda berbakat Harris Jung juga menunjukkan eksistensinya lewat dunia musik. Lagu-lagunya penuh nuansa islami yang dikemas dengan gaya moderen. Harris adalah seorang penyanyi berusia muda kelahiran Chelsea London Inggris. Keberadaan para seniman muda ini telah menjadi representasi dari keberadaan umat Muslim di Negara Britania Raya itu. Mereka mendapatkan ruang kebebasan itu ditengah kelompok mayoritas non muslim, tanpa sedikitpun adanya tekanan ataupun penolakan. 

Bagaimana dengan Islam di Negara kita, apakah sama dengan keberadaan Islam di London Inggris? Kita tahu, populasi Islam di Indonesia sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari jumlah penduduk. Tentu perdebatannya berbeda, Islam kita penuh dengan dinamika dengan melahirkan banyak konflik. Islam kita masih dipenuhi dengan rasa curiga dan pesimisme. Islam di Indonesia selalu diwarnai dengan aksi-aksi kekerasan juga belum menunjukan sikap toleran. Ada banyak kasus yang kerap kita lihat selama ini, mereka yang memperjuangkan agama itu selalu membuat jarak antara agama satu dengan agama lain. Ketakutan yang paling nampak dari beberapa kelompok Islam di Indonesia adalah ketika masuknya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta. Mereka yang mengenakan simbol-simbol Islam itu secara lantang menolak kehadiran Ahok dengan alasan tidak seiman dan menjadi ancaman bagi umat Islam kedepan. Isu sara ini semakin mengental setelah Ahok menyatakan kesiapannya lagi untuk maju dipemilihan Gubernur DKI Jakarta nanti,

Di Negara kita, isu sara selalu menjadi jualan politik. Cara yang selalu dilakukan untuk menjatuhkan lawan-lawan politik dalam setiap pemilihan. Sayangnya, isu ini kian redup seiring perubahan cara pikir masyarakat yang semakin maju. Masyarakat tak mau masuk dalam ruang konflik berbau agama dan etnisitas. Masyarakat kian tersadarkan dari berbagai isu lama dan murahan. Mereka tak ingin terjebak dalam hasutan kelompok-kelompok Islam itu, yang selalu berujung pada aksi anarkisme. Ditengah serangan kelompok sektarian Islam yang menentang Ahok, justru popularitasnya semakin melejit. Masyarakat muslim kita justru semakin berempati dengan kelompok-kelompok minoritas non muslim. Ahok adalah kolompok minoritas dari Tionghoa. Ia semakin mendapat kepercayaan dari masyarakat kita. Sebab, sikapnya justru mencermikan nilai-nilai dalam ajaran Islam itu sendiri. Ia menunjukkan kejujurannya dalam berkerja, bersikap toleran dan menghargai perbedaan. Yang khas dari sosok Ahok adalah, ketegasannya dalam memimpin. Itu yang membuat ia begitu dipercaya oleh masyarakat muslim Jakarta khususnya. Nah, apakah fenomena pemilihan Walikota London akan sama dengan pemilihan Gubernur DKI Jakarta nanti? kita tunggu saja...


Bogor, 22 Mei 2016

Friday, May 20, 2016

Aku Tak Tahu

Mungkin kau sedang capek, karena pekerjaan yang begitu padat.
Mungkin kau sudah ngantuk berat, pulang kantor langsung tidur dengan baju dinas.
Mungkin kau sedang tertidur pulas, tetapi aku selalu terbangun, bahkan tak tidur sekalipun.
Mungkin kau lupa, lupa akan usia yang semakin mendekati tua.

Malam itu, pukul 00.00 aku lupa berapa usiaku.
Memang ada data kelahiranku di kartu penduduk.
Tapi aku sudah lupa, aku memang ingin melupakannya, tak mau mengingatnya lagi.
Apalah artinya itu, hanya angka-angka menuju kematian.

Apalah artinya angka-angka kelahiran itu, tak ada yang benar-benar peduli dengan angka kelahiran itu.
Begitulah aku, yang tanpa peringatan apapun dihari lahir ini, dari mereka yang kukasihi.

Aku tak tahu berapa usiaku, yang aku tahu hanyalah subuh itu 18 mei 2016.


Sultan Hasanuddin Makassar, 18 Mei

Friday, May 6, 2016

Sepagi ini


Sinar pagi menembus kaca, cahayanya membangunkan ku dari lelap
Sinar pagi memberi kabar jika langit sedang cerah, cuaca sedang bersahabat
Tapi kelembutan pagi masih ingin membenam mata, merangkul guling dan bersembuyi dibalik selimut.
Sinar pagi menyusup diam-diam, merengkuh aku dalam tidur

Aku tahu malam telah berlalu dan pagi telah tiba
Aku tahu ini siklus alam, rangkaian kejadian yang terus berulang secara teratur
Demikian dengan mahluk yang setiap hari melepas petang dan menyambut pagi
Demikian dengan pagi ini, tak lagi ada secuil kata ucapan pagi

Meskipun, pagi masih memberi kelembutan, pagi masih menunjukkan kasihnya
Sementara kau hilang dari seluruh rangkaian perbuatan dan keadaan 
Tak lagi tidur ataupun bangun, tak ada lagi degup dalam sekali denyut jantung 
Padahal pagi hanya bagian awal dari hari

Masih ada petang dan malam yang setia menunggu
masih ada setumpuk harapan dalam setiap genggamaan
Aku percaya, 
suatu saat nanti akan ada pagi-pagi lain yang mudah merasa dan bermurah hati.
Kekasih, sepagian aku terus berselimut tanpamu lagi


Jakarta, 6 Mei 2016

Monday, May 2, 2016

Seperti Buah Duren

Ilustrasi

Seperti buah Duren, luarmu tampak berduri dan menusuk.
Seperi bau Duren, aromamu begitu menyengat.
Seperti rasa Duren, kau terlalu manis dilidah hingga mereka melupakan pahit.

Seperti orang-orang yang tak menyukaimu, mereka hanya melihat kulit durimu tapi mengabaikan banyak hal dari isimu yang lembut.
Seperti orang-orang yang tak suka dengan baumu. Mereka hanya meng-indranya disekitar sampah-sampah jalanan.
Seperti aku yang ingin menyantapmu, aku dihasut oleh banyak cinta yang menjajakan diri.

Disebuah jalan wisata macet Dramaga 
Bogor, 2 Mei 2016



Popular Posts