Friday, May 29, 2015

Tentang Saya, Anda dan Alam Semesta

INI tentang apa-apa yang pernah kulalui dan kutemukan disetiap perjalanan. Tentang apa-apa yang pernah kulihat dari mereka-mereka yang berada dipelosok, atau mereka yang berada ditengah keangkuhan kota.

Disni, kucoba lukiskan dalam baris-baris kalimat agar tak hilang dalam benak suatu saat nanti. Agar mereka yang berada di kehidupan saat ini maupun yang akan datang juga bisa mengetahui dan merasakan apa yang pernah terjadi di kehidupan sebelumnya. Atau tentang apa yang kemudian terjadi suatu saat nanti. Tentu, semua masih penuh dengan misteri.

Semoga dari sedikit pengalaman yang pernah ku alami, bisa bermanfaat dan membuka banyak jalan nantinya. Semoga dari catatan-catatan sederhana ini, bisa menginspirasi dan memberi makna dalam setiap kehidupan.

Ini tentang saya, tentang anda dan tentang alam semesta.   

Tuesday, May 26, 2015

Belajar Dari Kehidupan Anak Nelayan

Sumber: La Ali sedang memancing

TERDIRI dari beberapa pulau, salah satu kekayaan yang dimiliki pulau Buton adalah lautnya. Potensi laut di Pulau Buton tidak hanya menyuguhkan keindahan alam disepanjang pantainya, namun kekayaan yang bersumber dari dalam laut memberi dampak yang besar bagi masyarakat nelayan. Di sektor jasa, transportasi laut yang menghubungkan antara pulau satu dengan pulau yang lain diwilayah Buton juga memberi manfaat secara ekonomi. Sementara Kapal-kapal besar yang menuju wilayah timur atau dari timur menuju barat Indonesia seringkali singgah dan berlabuh diperairan pulau Buton. Tentu ini sangat menguntungkan, apalagi posisi pulau Buton yang menghubungkan antara wilayah barat dan wilayah timur nusantara, menjadikan Buton sebagai daerah transit yang ramai dari pengunjung. Pulau Buton memang unik dan khas, itu bisa dilihat dari laut dan pantainya yang eksotik, kulinernya yang khas, dan wisata budayanya yang mendunia.    

***

SETIAP libur pekan, saya selalu mengunjungi desa-desa yang memiliki pantai mayoritas masyarakatnya berkerja sebagai nelayan. Selain mencari ikan-ikan segar, saya ingin mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh mereka, merasakan dan melihat langsung kehidupan para nelayan. Saya dapat belajar dari keuletan, keberanian, dan kesabaran mereka dalam bertahan hidup di pesisir pantai. Umumnya, masyarakat yang mendiami pinggiran pantai menjadikan laut sebagai sumber penghidupan selama ini. Ada banyak kegiatan masyarakat disepanjang pantai pulau Buton yang memanfaatkan laut selain menangkap ikan, budidaya rumput laut, dan sebagai lokasi wisata yang bisa menambah pendapatan ekonomi mereka. Itulah sebabnya, tumbuh kesadaran mereka untuk selalu menjaga laut dan pantai dengan tidak merusak dan mengotorinya.

Sumber: bermain papan seluncur
Sumber: keceriaan anak-anak pantai di desa Damai Labarona, Kabupaten Buton Utara
Di sebuah desa di Pulau Buton, seorang pria duduk diam dan terpaku diantara banyak perahu yang terparkir di bibir pantai. Ia memandang jauh kedepan, melihat ombak yang sedang menggulung-gulung terhempas diatas pasir lalu pecah diantara batu-batu karang. Ia tahu, kalau saja ia nekat menurunkan perahunya untuk mencari ikan, maka nyawa menjadi taruhan. Saat ini, musim timur sedang berlangsung, angin masih bertiup kencang. Apalagi posisi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Banda yang terkenal dengan gelombangnya itu. Nelayan-nelayan yang berada diwilayah timur pantai pulau Buton terpakasa harus libur mencari ikan. Untuk sementara waktu, perahu-perahu mereka harus diikat kuat dekat dengan pantai agar tak rusak dihantam ombak. Bapak itu hanya menarik dalam nafasnya karena melihat laut yang masih belum bersahabat. Ia sabar menanti, menunggu beberapa bulan kedepan untuk bisa melaut lagi.

Ditengah musim ombak berlangsung, beberapa nelayan tak hanya duduk diam karena tak melaut. Diantara dari mereka memanfaatkan waktu liburnya untuk mempersiapkan dan membetulkan peralatan-peralatan mancing, mengecat kembali perahu-perahu, dan mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Tidak hanya kaum laki-laki, para ibu dan anak-anak nelayan juga terlihat sibuk mencari Biya atau sejenis kerang yang banyak ditemukan diantara batu dan pasir saat air laut sedang surut. Ramai dari mereka membawa wadah lalu menyusuri pinggiran pantai untuk mencari Biya. Kerang-kerang yang didapat akan menjadi santapan bersama keluarga nantinya.

Diantara anak-anak itu, saya menemui La Ali (10). Ia adalah anak seorang nelayan yang tinggal di desa Sangiamanuru, Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton. Sepulangnya dari sekolah, ia sudah bergegas menuju pantai untuk memancing. Saat ini ia sama nasibnya dengan nelayan-nelayan lain, tak bisa melaut karena gelombang sedang tinggi. Di usianya yang masih belia, ia sudah berani ikut bersama sang ayah, mencari ikan dengan menggunakan perahu sampai ke tempat-tempat yang cukup jauh dari bibir pantai. Bahkan, beberapa kali di laut ia tidur dan bermalam diatas sampan hingga fajar tiba. Bagi masyarakat nelayan, melibatkan anak-anak mereka dilaut mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Ada semacam tradisi yang tertanam pada masyarakat nelayan, mendidik sekaligus melatih anak-anak mereka agar menyatu dengan alam. Mungkin dibanyak tempat, anak-anak pesisir lain juga sama dengan La Ali yang mempunyai kegemaran memancing dan membantu orang tua. La Ali hanyalah satu diantara banyak anak-anak pesisir lainnya yang sering memiliki keberanian dalam mengarungi laut.   

Saat berada dipantai, tak bosan-bosannya saya selalu memandang pesonanya. Melihat laut biru dan merasakan hembusan angin yang membawa gelombang. Kedamaian sangat terasa ditempat itu. Saya juga melihat kesederhanaan dari anak-anak nelayan. Mereka dengan riang bermain dipinggiran pantai, berlari dan berselancar dengan papan-papan kayu. Bagi mereka, laut adalah halaman sekaligus taman bermain yang mengajari banyak hal. Mereka sangat memahami jika laut menjadi bagian dari kehidupan mereka yang memberi ruang dan mendapatkan banyak pengetahuan. Laut yang memberi makna kehidupan, tentang manusia, tentang alam, tentang Tuhan yang menciptakan segalanya. Itulah sebab, pentingnya laut untuk selalu dijaga.

Bocah-bocah itu tak hanya tahu keberanian ayah ibunya saat mengarungi laut, tetapi mereka juga sadar kalau nenek moyangnya adalah para pelaut ulung yang dengan berani mengarungi samudera. Itu di dengarnya dari nasehat-nasehat orang tua mereka. Para orang tua mendidik mereka agar kelak bisa seperti para leluhur. Mereka sangat meyakini keagungan nenek moyang yang dahulu pernah jaya dilaut. Pesan itu kemudian masuk disetiap benak dan menjadi sebuah cita-cita mereka. Kelak suatu hari nanti, mereka juga bisa menjadi pelaut-pelaut yang tangguh dalam mengarungi laut dan akan mejelajahi negeri ini. Saya sangat terkesima mendengar pengakuan langsung dari mereka, sangat jarang kita mendengarnya dari anak-anak lain yang kehidupannya jauh lebih maju dari mereka. Saya mengerti, kehidupan mereka memang amat sederhana dan serba kecukupan. Namun dijiwa mereka telah tertancap satu tekad yang begitu kuat. Mereka tak kalah hebat dari anak-anak kota yang serba maju. Justru, anak-anak nelayan itu mencoba untuk memaklumi keadaan, memahami segala upaya yang dilakukan orang tua demi pendidikan dan selalu berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu.


Baubau, 26 Mei 2015

  

Sunday, May 17, 2015

Wisata Pantai Pasir Hitam Lasalimu Selatan

Sumber: pantai pasir hitam lasalimu selatan
PANTAI tidak selalu identik dengan hamparan pasir putihnya. Di Kecamatan Lasalimu Selatan Kabupaten Buton, wisata pantai menjadi pemandangan yang mengasyikan. Deburan ombak yang menghempas di bebatuan menambah daya tarik setiap pengunjung. Saat ini, musim timur sedang berlangsung itu berarti ombak begitu kencang, apalagi posisi pantai yang berhadapan langsung dengan laut banda.

***

SIANG itu, saya melakukan perjalanan sekedar mengisi waktu libur dan mengambil beberapa gambar objek wisata. Jarak antara kota Baubau dan Lasalimu Selatan kurang lebih 60 km, saya sendiri saat itu. Pantai-pantai di Pulau Buton dominan pasirnya berwarna putih, hanya ada beberapa tempat wisata pantai yang pasirnya berwana hitam. Mungkin ada banyak di daerah lain yang memiliki pantai-pantai dengan pasir berwarna hitam. Umumnya, masyarakat lebih tertarik mengunjungi pantai dengan pasir putihnya. Anggapannya, pantai dengan pasir putih selalu bersih.



Saya melihat, pantai dengan pasir hitam tak kalah menariknya dengan pantai berpasir putih. Justru dipantai itu saya menemukan daya tarik tersendiri dan memiliki kelebihan dari pantai-pantai lain yang kebanyakan sudah tercemar oleh limbah-limbah industri.

Dipantai pasir hitam itu, selain ombaknya yang menggulung-gulung, barisan pohon kelapa, juga terdapat taman bakau yang menambah kecantikan dan natural pantai di Lasalimu Selatan. Sayangnya, pemerintah setempat belum memaksimalkan pantai ini sebagai salah satu objek wisata sehingga masih kurang dari pengunjung.

Baiklah, bagi yang ingin berwisata kepantai pasir hitam. Saya merekomendasikan untuk ke pantai Lasalimu Selatan.


Buton, 17 Mei 2015

Saturday, May 16, 2015

Mencari Makna Lewat Memotret


Sumber: Anak-anak nelayan sedang mencari 'biya' sejenis kerang di Pantai Kanawa Lasalimu Selatan 
DUNIA fotografi adalah dunia seni, seni melukis dengan menggunakan media cahaya. Dari istilah umum, fotografi adalah sebuah cara untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Nah, alat yang digunakan untuk menangkap cahaya itu adalah kamera. Tanpa cahaya, tak ada foto yang bisa dibuat.

***

AKHIR-AKHIR ini, entah apa yang membuat saya untuk menggandrungi dunia fotografi. Saya mulai disibukkan mencari tempat-tempat bagus untuk mengambil gambar dengan menggunakan mata kamera. Penggunaan kamera, memang ada banyak jenis dan merek. Kualitas gambar tergantung dari jenis, komponen dan harga sebuah kamera. Kata seorang teman, semakin mahal kamera yang digunakan maka semakin bagus pula gambar yang akan diambil.

Sumber: senja di Pantai Nirwana Kepulauan Buton
Teman itu menjelaskan beberapa perbedaan kamera yang sering digunakan kalangan profesional dan pemula. Ia menjelaskan kepada saya tentang beberapa fitur dikamera dan apa saja fungsinya. Yang kulihat, kameranya memang canggih, layarnya dapat disentuh dan bisa tersambung langsung internet. Ia juga memperlihatkan beberapa lensa yang sering digunakan, penggunaannya berdasarkan kebutuhan untuk menghasilkan gambar-gambar yang dinginkan. Ia mengoleksi mulai dari yang pendek hingga lensa yang panjang. Biasanya ia menggunakan lensa panjang saat mengambil gambar.

Seumber: sebuah kapal melintas dimuara sungai menuju pelabuhan Murhum

Sebagai pemula, saya tidak begitu banyak mempelajari tentang penggunaan fitur dan bagaimana memainkan efek disetiap pengambilan gambar. Apalagi saya bukan lah seorang fotografer yang handal dalam setiap hasil jepretan kamera. Menggunakan kamera digital memang tak se mudah menggunakan kamera handphone yang secara praktis gambar dapat diambil dengan cepat dan mudah. Meski begitu, soal kualitas gambar masih jauh lebih baik dari kamera digital ketimbang kamera handphone.  

Untuk mempelajari teknik-teknik pengambilan gambar yang baik dan benar, beberapa artikel tentang cara dan waktu yang tepat saat mengambil gambar diluar ruangan. Dan hasilnya cukup membantu dalam menghasilkan gambar-gambar yang menurut saya itu bagus, minimal saya mendapatkan kepuasan tersendiri pada setiap hasil jepretan.

Ada hal yang mesti diketahui setiap memulai pemotretan. Biasanya para fotografer sangat memperhatikan pencahayaan ketika mengambil sebuah objek. Sebab, pencahayaan sangat mempengaruhi kualitas dan estetika pada setiap gambar yang diambil. Pada artikel yang sempat kubaca, waktu-waktu yang tepat untuk mendapatkan gambar yang baik adalah waktu pagi saat matahari terbit dan waktu sore menjelang matahari terbenam. Dari kedua dua waktu itu, kita bisa mengkondisikan posisi matahari dan posisi kita memotret agar gambar yang dihasilkan bisa lebih baik.

Sumber: Pesona alam di Pantai Nirwana Baubau Kepulauan Buton
Belajar mengambil gambar dengan menggunakan kamera, tak jauh beda dengan kita melukis menggunakan cat warna  diatas sebuah kanvas. Dibutuhkan imanjinasi dan kepekaan terhadap objek gambar yang kita buat, sebuah gambar tidak hanya bernilai estetika atau se indah apa objek yang hendak di foto. Segala sesuatunya membutuhkan imajinasi dan keterampilan mengeksporasi setiap gambar yang hendak difoto. Tetapi mungkin dikalangan fotografer punya selera masing-masing terhadap objek gambar, itu tergantung kemampuan dan keahlian yang dimiliki setiap fotografer.

***

SEBAGAI penghobi jalan-jalan, saya tak pernah melewatkan momen dan setiap objek gambar yang dianggap bagus untuk diambil. Pada saat memulai pemotretan, terpaksa saya harus menyesuaikan dengan kamera handphone yang dipakai. Pada objek-objek jauh sepanjang masih bisa untuk diakses, saya memilih untuk mendekat ketimbang melakukan zoom yang pada akhirnya gambar menjadi pecah dan kabur. Pada alat-alat sederhana, tentu masih ada cara agar setiap gambar yang hendak diambil bisa terlihat indah dan memiliki makna.

Sumber: aktivitas nelayan  mencari ikan dengan menggunakan jaring

Menurutku, tak perlu membuang banyak waktu hanya untuk mempelajari cara mendapatkan hasil jepretan yang bagus, kita tak butuh banyak waktu hanya untuk membahas hal-hal teknis dan fitur di banyak jenis kamera. Dari pada membahas banyak hal tentang kencanggihan sebuah kamera, sebaiknnya lakukan saja dulu pemotretan. Sebab, ada banyak momen-momen bagus yang sudah terlewatkan ketimbang kita sibuk dengan memikul lensa dan bermain-main dengan efek gambar.

Sumber: Para nelayan Lasalimu Selatan tak melaut karena ombak sedang kuat
Selain objek-objek wisata yang paling sering menjadi bidikan kamera ku, saya juga tertarik untuk mengoleksi gambar-gambar yang memiliki nilai human interest. Pada objek-objek tersebut, ada makna yang tersimpan dan memberi banyak cerita tentang aktivitas seorang petani yang menyemai bibit ditengah persawahan, pada nelayan yang sedang membuang jala demi menyambung hidup, pada buruh pabrik yang berkerja disebuah perusahan, atau pada anak-anak desa saat mengayuh sampan dan menjadikan laut sebagai taman bermain. Masih banyak lagi gambar dari beberapa momen yang nantinya bisa jadi cerita-cerita menarik dan selalu menginspirasi.

Ada banyak pesan yang tersimpan dari setiap gambar yang diambil, tinggal bagaimana kita mampu menceritakan berdasarkan dengan kondisi yang benar-benar terjadi. Menurutku, tak seharusnya kita menjadi pesimis dengan gambar yang ada, apalagi hobi kita hilang karena tak memakai jenis kamera yang bagus dengan berbagai aksesoris lensa dan efek gambar. Gambar yang baik adalah gambar yang memilki kekuatan dan karakter sehingga bisa menjadi sebuah cerita. Memotret juga serupa menulis, namun dengan gaya berbeda. Memotret adalah penuangan gagasan lewat gambar. Kamera hanyalah sebuah alat, namun yang paling menentukan dan menciptakan sebuah gambar adalah si pembuat ide atau kita sendiri yang melakukan pemotretan. Dengan melakukan setiap jepretan, berarti kita telah menyimpan bukti yang nantinya akan menjadi sejarah. Memotret adalah seni mengolah diri, seni dalam membuat karya-karya yang dihasilkan lewat gambar.  

Saat ini, saya kembali menemukan makna baru, sebuah makna lewat kegiatan membaca, menulis, dan memotret. Lewat kegiatan-kegiatan seperti itu, hidup ini lakasana pelangi yang memberi warna setiap hari-hariku. Pesonanya menjadi spirit baru yang menyatukan kembali keping demi keping harapan yang pernah terhempas jauh. Sesuatu yang baru ini, selalu diniatkan agar bermanfaat bagi orang banyak nantinya.



Baubau, 16 Mei 2015 

Tuesday, May 5, 2015

Beli Roti, Gratis Nonton "Mesum"

Sumber: Ilustrasi. owunik.blogspot.com

MUNGKIN kita sudah terbiasa melihat sepasang kekasih bermesraan dan berciuman di layar kaca, atau melihatnya langsung saat berada dibawah menara Eiffel Paris. Itupun bagi yang sudah pernah ketempat itu. Tetapi tidak dengan fenomena ditanah air, budaya itu tak sama dengan gaya berciuman para bule. Di negara-negara Eropa, mereka yang berciuman ditempat umum menjadikan hal itu biasa-biasa saja. Atau dinegara-negara berkembang lain yang sudah menjadikan hal itu sebagai kebiasaan hidup mereka. Di Indonesia, budaya berciuman mulai menjadi hal yang biasa sepanjang itu dilakukan hanya saling bersentuhan pipi sebagai rasa persaudaraan dan keakraban saja. Jika lebih, tentu semua dilakukan diruang tertutup dan bukan ditempat umum. Terserah apa yang selanjutnya terjadi nanti. Sepanjang tidak merugikan orang lain, apalagi sampai mempertontonkannya pada anak usia remaja yang dengan sangat cepat meniru setiap adegan yang selalu dilihatnya menarik.

***

SEMALAM, saya hendak membeli roti bakar disalah satu tempat dipinggir jalan. Ditempat itu, ada beberapa orang pembeli sedang menunggu pesanan. Sementara penjualnya terlihat sibuk membuat roti. Dioleskannya roti-roti itu dengan selai lalu dibakar dan dibuat menari-nari diatas kuali yang sudah diolesi sedikit mentega. Saya harus sabar mengantri diantara para pembeli yang lain.

Di sebelah jalan tempat saya berdiri, kulihat beberapa kelompok muda-mudi tampak sedang berkumpul. Sepertinya, banyak diantara mereka masih mengenyam pendidikan dengan berseragam putih abu-abu, kuat dugaan seperti itu. Jika benar, mereka adalah anak sekolahan. Kulihat dari segi penampilan, mereka terlihat rapi dan sedikit macho. Mereka seperti kelompok pecinta motor, sepeda motornya diparkir rapi sejajar dengan motor-motor lainnya. Tak kudengar apa yang mereka cerita ditempat itu, suara bising dari kendaran yang melintas menutupi suara mereka dari seberang jalan tempat saya berada. Yang tampak hanya gerak-gerik dan tawa mereka yang menganga setiap saat.

Ada hal yang tak kusangka saat melihat mereka, tampak sepasang lelaki dan perempuan saling berciuman ditempat umum dan disaksikan langsung oleh teman-temannya. Tak sedikit pun rasa malu dari mereka berdua. Ditempat umum mereka cuek dengan apa yang dilakukan. Saya pun menyaksikan itu cukup lama. Padahal ditempat itu sangat ramai dari pejalan kaki dan berada diantara pemukiman warga. Kawan-kawannya mungkin menganggap itu hal biasa, mereka acuh tak acuh melihat aksi saling berciuman layaknya aksi Leonardo Dicaprio dan Kate Winslet dalam sebuah film Titanic. Meski keduanya tak melepas pakaian, tetapi sesuatu yang asing kulihat ditempat umum seperti ini. Apalagi kota ini dikenal sebagai daerah bekas kesultanan yang menjaga tatanan nilai-nilai moral dan agama. Entahlah.

Ciuman dalam budaya barat merupakan perkembangan yang cukup baru dan bahkan jarang disebutkan dalam literatur Yunani. Di abad pertengahan, ciuman dianggap sebagai tanda yang menunjukkan golongan kelas atas. Budaya-budaya lainnya memiliki definisi dan penggunaan yang berbeda-beda mengenai ciuman. Di cina, misalnya kasih sayang diekspresikan dengan cara menggosokkan hidung pada pipi orang lain. Di Jepang, ciuman merupakan bukti kasih sayang tapi bukan cinta, ibu mencium anaknya tetapi para kekasih tidak saling berciuman. Dalam budaya timur, ciuman memang tidak umum dilakukan.

Men's Health dan Women's Health pernah melakukan survei terhadap 500 orang pria dan wanita di Twitter. Mereka ditanyai sejauh mana bermesraan di depan umum pantas dilakukan di ruang publik, seperti dilansir Women's Health Magazine. Hasilnya, bermesraan di depan umum yang paling dapat diterima oleh masyarakat adalah berpegangan tangan (99,3%), diikuti oleh mencium pipi (99,1%), menaruh tangan di pundak pasangan (99%), menaruh tangan di pinggang pasangan (96,5%), berciuman tanpa menggunakan lidah (90,8%), mengusap punggung pasangan (84,9%), menyentuh paha pasangan (68,7%), menaruh tangan di saku belakang pasangan (65,8%), mencium leher (56,8%), dan menyentuh bokong pasangan (49,1%). Sedangkan bermesraan di depan umum yang kurang dapat diterima adalah berciuman menggunakan lidah (26,2%).

Perkembangan suatu daerah memang tak terlepas dari prilaku masyarakatnya. Budaya lokal sepertinya tak mampu menahan arus modernisasi dimasyarakat. Harapan untuk mempertahankan kearifan lokal sebagai identitas dianggap kuno dan tak mengikuti zaman. Saya melihatnya pada pergaulan dikalangan muda-mudi saat ini. Mereka seakan lupa dengan budaya sendiri didaerah. Simbol-simbol kedaerahan sudah tidak melekat lagi pada anak-anak dikampung ini. Di sekolah, penerapan mata pelajaran muatan lokal juga tak begitu baik ditanamkan pada setiap murid. Sekolah lebih tampil modern lewat kegiatan marching band yang kini diterapkan disekolah-sekolah sebagai ekstrakurikuler.

***

Dahulu, pelajaran muatan lokal menjadi wajib disekolah. Setiap pelajaran yang diberikan, kami selalu antusias mengikutinya. Mata pelajaran itu kami anggap menarik, sebab satu per satu dari kami ditugaskan untuk tampil bernyanyi dengan memilih satu buah lagu daerah. Hal menarik lain, setiap siswa diajak berpidato dengan menggunakan bahasa wolio. Tentu sangat bernilai positif, apalagi pelajaran itu menanamkan nilai-nilai kebaikan melalui pesan-pesan moral falsafah kebutonan.

Sungguh jauh dengan apa yang terjadi saat ini. Pergaulan semakin terlihat bebas, para remaja lebih disibukan dengan aktifitas dunia glamour. Pada akhirnya, yang terjadi adalah kemerosotan moral dan mencoreng budaya lokal kita. Semestinya, setiap sekolah lebih menekankan sikap dan perilaku setiap pelajar. Ini mengingat kian bebasnya pergaulan dikalangan muda-mudi saat ini. Harus mereka malu dengan gaya dan penampilan yang tak sesuai dengan budaya kita. Sebenarnya, sepanjang apa yang dilakukan tidak membunuh kreatifitas dan melenceng dari tatanan dan nilai, tentu semua tak menjadi masalah.

Saya sempat berbincang dengan penjual roti itu, ia berasal dari Bandung Jawa Barat. Saat kutanya mengenai berciuman ditempat umum, ia tak sependapat kalau itu dilakukan tidak pada tempatnya alias dilihat oleh orang banyak. "Kalau dikampung saya mah itu aib, tidak boleh ditempat umum seperti itu, akan dihajar nanti sama orang-orang yang lewat" katanya. Padahal, Bandung adalah kota metropolis yang kehidupannya jauh lebih maju dari kota-kota dibagian timur indonesia. Dugaan saya ternyata salah, awalnya saya mengira kalau ia melihatnya biasa-biasa saja. Karena berasal dari Bandung, mungkin pemandangan seperti itu sudah sering dilihatnya ditempat-tempat umum. Bandung memang kota maju, meski begitu, beberapa hal pernah terjadi dan mengundang keprihatinan berbagai pihak. Beredarnya video syur menjadi bukti kalau budaya lokal tak mampu membendung arus global yang bebas tanpa batas. Saya kembali meragukan jika itu terjadi dan diperankan oleh generasi-genarasi didaerah ini. Jika tak diberi efek jera, entah apa jadinya nanti. 


Baubau, 05-05-2015
      

Saturday, May 2, 2015

Karena Guru Yang Menginspirasi


Sumber: Foto diambil sekitar 18 tahun silam, saat duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar. Salah seorang guru kelas yang mengabadikannya.
NURANI seorang guru yang tulus sebagai pengabdi merupakan pilar kehidupan dalam membangun sumber daya manusia. Kehadiran mereka adalah karya untuk terus melahirkan putra-putri terbaik bangsa ini. Karena kemuliaannya, karena pengabdiannya, karena guru, kita bisa seperti ini. Guru adalah sosok yang mengajarkan banyak hal dan terus menginspirasi.

Guru laksana lentera yang terus menerangi bangsa ini. Kita telah mendapatkan banyak pelajaran dari mereka, tentang alam, tentang kehidupan sosial, tentang ilmu-ilmu kebaikan yang terus disemai kepada generasi penerus, generasi yang baru saja tumbuh. Mereka tak kenal lelah pun tak pernah kesal, kepada kami semasa sekolah dulu.

Meski keringat bercucuran, namun semangatnya terus bergelora. Semangatnya tak pernah padam hanya untuk kami, benih-benih yang terus dipupuk dan diharapkan bisa tumbuh besar dan berkembang menjadi manusia-manusia yang berwawasan dan bisa mewarnai pendidikan dibangsa ini.

Kita hanya bisa mengenang sepenggal dari jasa-jasa mereka, sementara mereka tak menuntut balasan dari kita semua. Akan tetapi, bisa saja mereka tersenyum manis dan bangga karena melihat kita turut berkontribusi lewat tugas dan tanggung jawab kita sebagai anak bangsa. Dari kerja keras dan karya-karya kita, mereka sudah bisa merasakan hasil dari jerih payah apa yang pernah ditanam, dijaga, dan dirawat hingga pohon-pohon itu berbuah manis.   

"Untuk Semua Guru Yang Telah Menginspirasi, Selamat Hari Pendidikan Nasional"


Baubau, 2 Mei 2015

Friday, May 1, 2015

May Day: Mereka Yang Tak Memperingatinya

"KITA tak mengenal hari libur, juga batasan jam kerja. Asal ada job dan dibayar, kita akan kerja agar bisa bertahan hidup". Ucap seorang buruh angkut disela-sela kerjanya.

Setiap hari mereka berada ditempat ini bersama buruh-buruh lainnya, menunggu kapal-kapal barang sebagai tempat mencari sesuap nasi. Tubuh-tubuh mereka tak begitu kekar, tak sebanding dengan beban barang yang dipikul. 

Mereka bukanlah buruh pabrik, juga berkeja disebuah perusahaan. Mereka hanyalah pekerja harian, buruh pengangkut barang pelabuhan. 

Hari ini mereka tak memperingati hari Buruh sebagaimana buruh-buruh di kota besar lainnya dengan berunjuk rasa atau dengan melakukan pemboikotan atas hak-hak mereka yang selalu diabaikan pemerintah. Mereka memilih untuk berkerja demi mempertahankan hidup ditengah sulitnya mendapatkan pekerjaan yang tetap.

Kita bisa melihat langsung usaha dan kerja keras para buruh, berkerja siang dan malam. Pekerjaan yang tidak mudah, tak banyak orang bisa menekuni pekerjaan mereka. Karena berat, karena berada dibawah terik matahari, bahkan karena nyawa menjadi taruhan.

Kaki-kaki mereka sangat kekar, menapaki setiap tangga kapal dan memikul berkilo-kilo beratnya barang. Mereka tahu, tak mungkin menjadi seorang pemalas, apalagi mengambil hak orang lain yang bukan miliknya. Mereka tahu, bahwa korupsi itu adalah kejahatan kemanusiaan yang harus diperangi. Mereka tahu, jika buruh adalah rakyat biasa yang berharap besar dari pemerintah agar diberikan kesejahteraaan.

Hari ini, kita bisa mengabadikan moment-moment kecil seperti ini untuk memperingati hari Buruh se Dunia yang selalu diperingati tanggal 1 Mei.


Para buruh pengangkut di Jembatan Batu Kota Baubau (foto: Yadi La Ode)

Sumber: foto Yadi La Ode

Sumber: foto Yadi La Ode

Sumber: foto Yadi La Ode

Sumber: foto Yadi La Ode

Sumber: foto Yadi La Ode

Memperingati Hari Buruh

Baubau, 1 Mei 2015

Akhirnya, Blog ku Usai Sudah di Rias

Sumber: foto Yadi La Ode

AKHIRNYA setelah berjam-jam lamanya, tampilan blog ku selesai sudah dirias, dipercantik sesuai dengan selera. Memang, sejak pertama memiliki blog, saya tak terlalu memperhatikan desain bentuk, warna dan gambar pada tampilan. Tampilannya masih sangat sederhana.

Mula-mula, saya mengira desain bentuk blog tak terlalu mempengaruhi setiap pengunjung nantinya. Padahal, salah satu yang mempengaruhi minat pengunjung untuk selalu bertamu diblog adalah dengan memperindah tampilan blog dengan desain yang bagus dan keren. Saya mulai tertarik untuk nge-blog, sebagai ruang baca dan menulis. Di dunia maya, ada banyak media yang bisa kita pakai sebagai sarana untuk membaca dan menulis. Misalnya dengan memiliki blog. 

Di facebook, saya juga aktif sebagai pembaca dan membangun jejaring pertemanan. Begitu juga di blog, setiap catatan yang ku buat saya selalu membaginya ke facebook agar teman-teman disitu bisa juga bisa membacanya. Dua media yang berbeda tetapi saling berkaitan. Sayangnya, belakangan ini facebook hanya menjadi ruang saling hujat menghujat sesama pengguna. Facebook seperti arena tinju yang mempertunjukkan adu kekuatan. Apalagi, mereka-mereka masih sekampung dan memiliki satu entitas adat dan budaya. 

Sungguh ini  memang sangat disayangkan, ditengah kemajuan teknologi masih saja ada individu yang dangkal dalam menghadapi era baru ini. Semestinya teknologi melalui media sosial bisa dimanfaatkan untuk mempermudah aktifitas sehari-hari kita, membangun komunikasi dan menjalin tali pertemanan. Melihat situasi facebook yang selalu panas, saya lebih suka mengamati mereka-mereka yang saling mengancam dan mencaci ketimbang masuk dan terjebak dalam ruang diskusi yang kotor. Daripada melihat perseteruan mereka, mendingan saya pindah ke blog dan membaca setiap tulisan-tulisan yang produktif dan menyehatkan.  

Kini, tampilan blogku sudah kurapikan dan di make-up laksana seorang perempuan yang baru saja keluar dari salon kecantikan. Cara itu ku lakukan agar tak bosan ketika setiap kali membukanya, dari tampilannya yang membuat hasratku terus bergelora, yang membangkitkan libido membaca dan menulisku.
Terimakasih bung Afank, sudah mempercantik ruang kecil ini.

Di Penghujung April, 23.58 wita

Baubau, 30 April 2015

   

Popular Posts