Tuesday, April 28, 2015

Di Balik Suksesnya Furious 7 dan Wiz Khafila

Sumber: www.movies.com

MUNGKIN anda sudah pernah menontonnya, Fast and Furious 7 film yang sukses memecahkan rekor dengan penjualan tiket terlaris bulan ini. Hampir seluruh penduduk negara dibelahan bumi ini sudah pada menontonnya. Kecuali, memang bagi negara yang sedang berkonflik atau mereka yang tak punya bioskop dan tidak ter-aliri listrik saja yang tidak sama sekali menyaksikan film mahal ini. Bagi yang nge-fans dengan Furious 7, berapa pun harga tiket masuk bioskop, dimana pun mereka berada, mereka rela jauh-jauh datang dan membayarnya hanya untuk mengobati rasa penasaran dengan menyaksikan lebih awal beberapa adegan dalam film yang tak kalah hebatnya dari tayangan furious-furious sebelumnya.

***

ADA beberapa alasan kenapa film ini begitu diminati. Menurutku yang pertama adalah rasa penasaran dari para penggemar, mereka ingin mengetahui dan menyaksikan bagaimana sang sutradara menangani bagian akhir film setelah Paul Walker meninggal pada November 2013 silam akibat kecelakan. Sebenarnya Paul sudah tampil sekitar 80 persen sebelum ia tergantikan. Meski begitu, para fans datang menyaksikan aksi-aksi terakhir Paul dalam film tersebut. Kedua, setelah Paul wafat, Vien Diesel menjadi salah satu selebriti yang paling banyak di ikuti di media sosial. Ia menuai banyak pengikut ketika ia memajang foto dan cerita tentang dirinya bersama Paul dan di like oleh jutaan para penggemar. Ketiga, tak hanya Vin Diesel yang berperan saat ia menggantikan Paul. Namun ada beberapa pemeran lain seperti  Michelle Rodriguez, Tyrese, dan Ludacris, juga berbagai foto-foto dari film itu sebelum film ditayangkan di bioskop serta anekdot dan kenangan mereka tentang Paul. Keempat, dalam film ini tak hanya dari Sekadar Mobil. Sejak 2001, seri film Fast and Furious juga bertabur cewek seksi dan adegan berbahaya yang konyol. Film-film lain juga mengandung unsur-unsur ini, tapi pada intinya film ini khususnya tiga film terakhir adalah soal keluarga.

"Hal paling penting dalam hidup selalu-lah orang-orang di ruang ini, di sini, saat ini. Salud mi familia," kata Dominic Toretto (Vin Diesel) saat mengumpulkan 'keluarganya'. Itulah sesuatu yang membuat semua orang di seluruh dunia merasa terhubung.

Sumber: www.wowkeren.com

"It's been a long day without you, my friend. And I'll tell you all about it when I see you again..."
Adalah potongan lirik lagu "See You Again" yang dibawakan Wiz Khalifa dan Charlie Puth untuk soundtrack film Furious 7 ini yang belakangan ramai diputar. Lagu ini menjadi salah satu bentuk apresiasi mengenang sosok mendiang Paul Walker, pemeran Brian O'Conner dalam film franchise Fast and Furious.

Di balik lirik indah, musik sederhana dan pesan istimewa yang disampaikan pada lagu ini berhasil mencetak kesuksesan. Seperti dilaporkan Mashable, lagu ini berhasil memecahkan rekor baru. Yakni memecahkan dua rekor Spotify sebagai lagu paling sering didengar dalam sehari dan lagu paling sering diputar dalam seminggu. Spotify salah satu layanan streaming musik internasional terbesar yang digunakan jutaan orang di seluruh dunia melalui situs maupun aplikasi pada perangkat handphone.

Berikut anda bisa melihat klipnya Disini


Saturday, April 25, 2015

Sepenggal Refleksi di Acara Wisuda

Sumber: salah seorang wisudawan 
DI kampus tempat saya kuliah dulu, tengah berlangsung acara wisuda. Wisuda kali ini memasuki angkatan yang kedelapan. Melihat acara ini, saya kembali terkenang saat-saat wisuda dulu. Menghadiri acara tahunan dan mengikuti prosesi wisuda yang sifatnya seremoni, duduk bersama ribuan wisudawan wisudawati, mendengarkan sambutan-sambutan para petinggi kampus yang kerap membosankan, mengantri dan menunggu panggilan untuk penyematan dari sang rektor. Saya sudah tak sabar untuk beranjak dan segera mengakhiri acara ini. Tetapi, kali ini saya tak boleh mengecewakan mereka yang sudah menungguku sejak empat tahun lalu, mereka adalah kedua orang tua yang telah berkontribusi besar memberikan yang terbaik hingga saya bisa merasakan dan mengenakan jubah toga ini.

***

JAUH sebelum matahari merangkak naik. Saya sudah bersiap-siap untuk kegedung tempat pelaksanaan wisuda berlangsung. Sebelumnya, bapak dan mamaku sudah bersiap lebih dulu, menungguku untuk bersama-sama ke tempat acara berlangsung. Sebenarnya, saya tak suka menghadiri acara-acara formal yang dihadiri banyak orang, apalagi untuk memenuhi undangan acara pesta-pesta pernikahan. Namun karena kali ini adalah acara wisuda, acara yang sejak lama dinantikan oleh kedua orang tuaku. Maka, mau tak mau saya harus datang. Tidak lain adalah untuk melihat senyum manis dari wajah mereka yang mulai keriput. Menurut mereka, cukup berada dititik ini saja sudah memberikan satu kehormatan dan memberi kebahagiaan bagi keluarga kecil ini. Namun, menurutku ini adalah tantangan baru, tantangan menjalani kehidupan baru dan diperhadapkan pada banyak pilihan nantinya. Saat ini, saya berada pada sebuah persimpangan yang tak tahu harus kemana. Tetapi sekali lagi, saya tak ingin merusak suasana kebahagiaan mereka. Biarkan ini menjadi pertanyaan dan akan ku jawab sendiri.


Di dalam acara, juga saya merasakan kebahagiaan itu terpancar dari kawan-kawan semasa kuliahku dulu. Mereka sangat bersyukur sebab kita bisa bersama-sama sampai pada titik ini. Titik dimana mereka juga bisa membahagiakan kedua orang tua yang selama ini berusaha untuk bisa meluluskan mereka dari hasil jerih payah penjualan padi dan menjual ikan. Saya begitu salut kepada mereka, yang sudah bersungguh-sungguh untuk sampai dititik ini. Saya banyak belajar dari semangat mereka yang tak pernah padam, semangat yang terus bergelora disaat ekonomi tak berkecukupan namun dengan keyakinan yang kuat mereka akhirnya juga bisa dan duduk sejajar bersama lulusan-lulusan lain. Menurutku, mereka adalah lulusan-lulusan terbaik kali. Dari keinginan yang besarnya untuk melanjutkan pendidikan, dari jiwa besarnya meski mereka adalah anak petani dan nelayan, dari perjuangannya hingga mimpi-mimpi itu bisa terjawab.

Pada saat Universitas Muhammadiyah Buton melaksanakan wisuda kelima, juga ada ribuan orang yang telah diwisuda. Saya satu diantaranya. Kepada kawan-kawan semasa kuliahku, kami bercerita banyak dihari itu. Kami bercerita soal rencana-rencana kedepan dan hendak kemana nantinya. Dari kawan-kawanku, bagi yang sudah memiliki pekerjaan, mereka tetap akan menekuni pekerjaan itu dan bagi yang ingin melanjutkan studi, setelah ini mereka akan mempersiapkan diri untuk segera lanjut. Saat saya ditanya, saya menjawabnya dengan singkat saja, kalau saya masih pikir-pikir dulu, jika ada peluang nantinya saya akan lanjut kuliah. Sejak awal, niat besar saya adalah bagaimana bisa melanjutkan studi lagi, namun beban orang tua belum lama terlepas. Saya masih berusaha untuk bisa mengumpulkan pundi-pundi agar bisa melanjutkan studi kelak suatu hari nanti.

***

Hari ini di tahun 2015, tepat tiga tahun lalu. Saya kembali menyaksikan acara yang sama, wisuda angkatan kedelapan oleh sebuah amal usaha pendidikan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan yang sudah tersebar hingga diseluruh nusantara. Satu diantaranya adalah Universitas Muhammadiyah Buton yang berada di Kota Baubau saat ini. Didirikannya kampus ini adalah untuk menjawab berbagai tantangan dan membantu setiap pelajar yang ingin melanjutkakan pendidikan keperguruan tinggi. Hadirnya kampus-kampus swasta yang berada didaerah ini salah satu alasannya adalah untuk memudahkan mereka yang ingin melanjutkan studi didaerah, alasan lainnya adalah untuk memberi keringanan dari segi pembiayaan kuliah. Mengingat banyak masyarakat didaerah ini ekonominya masih berpengasilan rendah. Namun, seiring meningkatnya pendaftar calon mahasiswa diperguruan tinggi daerah. Justru kampus bersaing untuk mendapatkan keuntungan besar dari bisnis pendidikan. Kampus serupa perusahaan yang ingin mencari keuntungan besar lewat mahasiswa. Mungkin ini terlihat wajar bagi kampus berstatus swasta, namun bukankah tujuan awal didirikannya sebuah perguruan tinggi untuk membantu masyarakat yang ekonominya lemah dan memudahkan mereka untuk mendapatkan akses pendidikan? Entahlah, namun sejak dulu realitas ini menjadi momok yang menakutkan bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.


Disela-sela prosesi wisuda kali ini saya kembali terkenang dengan kisah-kisah masa lalu itu. Saya kembali merasakan keakraban dari kawan-kawan seperjuangan semasa kuliah dulu, saya pun rindu dengan mereka. Ingin rasanya bercerita banyak dan berkeluh kesah kepada mereka, ingin rasanya kembali berkumpul dan bersosialisasi ditengah-tengah masyarakat kala dulu mendapat tugas praktek lapangan, ingin rasanya berdikusi banyak tentang pengetahuan-pengetahuan baru dan merencankan langkah-langkah kedepan. Kini, saat-saat itu tak lagi kudapatkan, kini mereka sudah pada jalan hidupnya masing-masing. Bahkan diantara mereka kini tengah mempersiapkan diri untuk ujian tesis, ia memintaku untuk mendoakan agar tak ada hambatan nantinya. Amin, saya selalu mendoakan yang terbaik kepada mereka.

Apa yang kulihat kali ini adalah tantangan besar bagi sarjana-sarjana muda yang baru saja menamatkan kuliahnya pada program strata satu. Setiap tahun, kampus-kampus menelurkan bibit-bibit baru calon “pengangguran” dikota ini. Yup, itu terlihat jelas dari tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang layak bagi sarjana-sarjana baru. Pemerintah daerah dan kampus tidak menyiapkan alternatif lain bagi mereka yang ingin mendapatkan pekerjaan atau menyiapkan beasiswa bagi yang ingin melanjutkan pendidikan. Padahal visi dan misi, baik pemerintah maupun perguruan tinggi dalam meningkatkan sumber daya manusia adalah tujuan utama dari kedua institusi itu. Sayangnya, harapan itu menguap begitu saja. Para sarjana-sarjana itu dibiarkan “berhamburan” diaman-mana, mereka tak tahu hendak mencari kerja kemana.

Hari ini, sekitar seribu tujuh puluh orang wisudawan-wisudawati baru saja dikukuhkan menjadi sarjana. Hari ini mereka tampak gembira, mungkin saja banyak diantara mereka sudah memiliki pekerjaan tetap dan mendapat posisi yang bagus dari sebuah perusahan, atau mungkin saja diantaranya memiliki keuangan yang cukup untuk bisa melanjutkan studi. Yang pasti, dari ribuan orang sarajana itu, beberapa diantaranya masih belum memikirkan tentang langkah-langkah selanjutnya, tentang rencana untuk menatap jauh kedepan. Saya beranggapan kalau para sarjana itu, juga memiliki nasib yang sama denganku saat ini. Ini soal waktu, usaha, dan peluang nantinya. Soal nasib, sepanjang kita masih diberi kekuatan untuk terus melangkah, maka selalu saja ada jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Semoga...

Saat hendak pulang kerumah, saya dikagetkan oleh seseorang menyapaku dari belakang. Ia mengendarai sepeda motor dengan kaca helm tertutup. Awalnya saya tak tahu siapa dia, namun saat kami sama-sama menepi dan ia membuka helm maskernya. Saya terkejut melihatnya, ternyata ia adalah sahabatku, seorang sahabat yang pernah sama-sama lapar dan makan bersama dengan sebungkus mie instan disebuah kos-kosan miliknya, berjuang hingga kita bisa di wisuda dulu. Karena ia sedang mengojek dan mencari penumpang, saya hanya sebentar berjumpa dengannya lalu ia pamit dan pergi.

Baubau, 25 April 2015



Thursday, April 23, 2015

Petani Itu Adalah Pejuang Lingkungan


MENJELANG siang disebuah perempatan jalan, saya berhenti dan berada diantara pengendara motor lainnya menunggu hingga lampu hijau menyala. Diperhentian lampu lalulintas, teriknya matahari membuat saya tak sabar untuk segera beranjak dari kerumunan mobil dan motor, apalagi kepulan asap hitam dari mobil-mobil truk membuat udara menjadi tidak sehat. Tidak hanya bau asap dari mesin-mesin bermotor, aspal jalan yang saya lewati ini juga mengeluarkan uap panas karena matahari yang memberikan sinarnya. Meski cuaca hari ini cukup cerah, saya merasa gerah dan basah kuyup karena keringat yang terus bercucuran. Panasnya suhu Bumi sangat terasa seakan matahari sudah tak berjarak lagi.

***

SAAT sedang asik berkendara, saya melewati sekelompok pendemo yang menggelar aksinya didepan sebuah gedung pemerintah. Sejenak saya coba menyakasikan, nampaknya mereka sedang menyuarakan kerusakan hutan karena aktifitas tambang. Lewat momentum hari Bumi kali ini, para aktivis lingkungan itu menyayangkan kebijakan pemerintah karena memberi izin kepada para investor untuk mengelola tambang didaerahnya. Padahal mereka tahu, keberadaan tambang akan merusak hutan dan memberi dampak buruk terhadap lingkungan nantinya.


Sumber: bibit pohon Mahoni (foto: Yadi La Ode)
Selama aksi berlangsung, yang kulihat mereka masih tetap berada satu barisan dan rela berpanas-panasan dibawah teriknya matahari. Semangatnya terus terbakar lewat kalimat-kalimat sang orator. Sayangnya dalam aksi yang mereka lakukan, masih saja kita lihat aksi-aksi protes dengan melakukan pembakaran ban bekas. Memang, cara itu dilakukan untuk menarik perhatian orang banyak. Sama seperti dulu yang pernah kami lakukan saat berunjuk rasa. Tetapi, menurutku apa yang di lakukan aksi-aksi pembakaran, justru tak berdampak baik terhadap lingkungan. Kepulan asap hitam dari ban bekas yang dibakar justru membuat jalannya aksi menjadi tak menarik. Masyarakat yang menyaksikan menjadi tak empati dengan cara berdemonstrasi seperti itu. Disatu sisi mereka meneriakan pemanasan global, tetapi disisi lain para aktifis itu melakukan kerusakan terhadap lingkungan. Demi menyelamatkan hidung agar tak terkena asap ban bekas mereka, saya pun dengan segera meninggalkan aksi demonstrasi itu.

Sumber: tempat penyamaian bibit milik pak Jusmani (foto: Yadi La Ode)
Tak jauh dari mereka yang sedang berdemonstrasi. Saya menjumpai seorang petani dikebun tempat ia biasa berkerja. Di tempatnya, ia menyemai ribuan bibit pohon dengan jenis yang berbeda. Petani itu adalah Pak Jusmani, sejak lama ia menggeluti usahanya sebagai petani. Sebagai ketua kelompok tani, tugasnya adalah mengorganisir dan melakukan koordinasi dengan petani lain. Lewat kegiatan dan pertemuan, ia sering memberi pemahaman kepada petani lain agar bias memanfaatkan lahan dan bisa menanam dengan baik.

Berkat keuletan dan kerja kerasnya dalam menyiapkan ribuan bibit pohon, beberapa instansi membangun kerjasama dengannya untuk menyiapkan bibit pohon. Bibit-bibit pohon itu diantaranya pohon jati dan pohon mahoni. Selain memiliki tujuan untuk melakukan reboisasi dan penghijauan yang bisa mengurangi polusi udara nantinya, pohon ini juga memiliki nilai tinggi dari batang kayunya yang bisa dijadikan bahan mebel. Mula-mula, pak Jusmani harus menyiapkan benih untuk pembiakan. Ditempat persemaian bibit, pak Jusmani menunggu waktu sekitar tiga bulan untuk kemudian bibit-bibit pohon tersebut dilepas dan dijual kepada mereka yang membutuhkan.

Sumber: bibit pinang (foto: Yadi La Ode)
Menurut seorang pegawai salah satu instansi pemerintah yang pernah datang kepadanya. Ia menuturkan kalau saat ini produktivitas hutan alam sudah menurun sangat drastis sejalan dengan eksploitasi hutan secara terus menerus untuk memenuhi akan kebutuhan kayu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka pembangunan hutan tanaman harus ditingkatkan. Baik dengan penambahan luas hutan tanaman maupun penggunaan materi tanaman unggul.

***

KINI, apa yang dilakukan petani itu bukanlah untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dari kerja kerasnya dalam bertani. Meski ia adalah seorang sarjana, namun ia sama sekali tak tertarik untuk masuk dan terlibat didalam pemerintahan sebagai pegawai negeri. Pak Jusmani lebih senang mengikuti kata hatinya. Sebelum semua terlambat, maka berangkat dari rasa keprihatinannya terhadap hutan yang terus menerus dijarah oleh masyarakat. Ia ingin menggugah kesadaran masyarakat agar tetap bersahabat dengan alam. Semua berangkat dari perenungan dan kegelisahan atas berbagai peristiwa yang pernah terjadi. Ia tak ingin daerahnya terjadi bencana seperti yang pernah ia tonton diberbagai daerah. Ada banyak daerah yang terkena tanah longsor, banjir dan lain sebagainya hanya karena ulah manusia itu sendiri yang tak patuh dan peduli untuk mau menjaga alam.

Ditengah maraknya penebangan liar, eksploitasi tambang yang kian masif terjadi hingga berdampak pada kerusakan hutan. Tumbuh kepedulian seseorang untuk mau menyelamatkan Bumi dari mereka yang hanya ingin mendapatkan keuntungan dari alam ini. Langkah-langkah yang dilakukan sederhana namun akan berdampak sangat besar bagi keberlangsungan hidup semua mahluk di alam raya ini nantinya. 


Sumber: bibit pohon jati
Para penambang itu tak peduli terhadap kerusakan yang sudah dilakukan, mereka tak akan pernah tahu jika pentingnya hutan untuk menjaga keseimbangan alam, mereka lupa jika merusak alam sama saja dengan menghancurkan generasi kita yang akan datang. Kita seharusnya sadar kalau Bumi ini bukanlah warisan dari para leluhur kita dulu, namun kita hanya meminjamnya dari anak cucu kita. Maka tugas kita adalah menjaganya dengan baik.

“Cepat atau lambat, kita harus menyadari bahwa Bumi juga punya hak hidup tanpa polusi. Yang harus dipahami umat manusia adalah kita tidak bisa hidup tanpa Bumi, tapi planet ini bisa hidup tanpa manusia” (Evo Morales)

Selamat Hari Bumi


Baubau, 22 April 2015

Monday, April 20, 2015

Suara Pemuda, Tentang Kota di Malam itu

sumber: komunitas penyanyi jalanan
SUATU malam, Sabtu (18/04). Sekelompok pemuda yang tergabung dalam DPD II Komite Nasional Pemuda Indonesia Kota Baubau melakukan kampanye lingkungan di pelataran pantai kamali kota Baubau. Dalam acara itu, KNPI berkerjasama dengan komunitas penyanyi jalanan, kampus akademi kebidanan, dan suara hukum indonesia. Berangkat dari kepedulian mereka terhadap kebersihan kota, para pemuda mengajak masyarakat untuk selalu mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah disembarang tempat. Tidak hanya itu, himbauan untuk tidak mengkonsumsi minuman keras serta maraknya praktek seks bebas juga mereka suarakan. Sosialisasi tersebut dikemas dalam acara live musik oleh komunitas pemusik jalanan. 

***

RASA peduli dari kelompok anak muda ini patut dicungi jempol, ditengah acuh tak acuhnya peran pemuda terhadap kondisi daerah yang belakangan tidak memberi dampak baik terhadap keamanan, kebersihan, serta lingkungan. Kerisauan itu lahir dari kelompok pemuda, mereka prihatin dengan beberepa kejadian pembunuhan, maraknya peredaran minuman keras, serta seks bebas dikalangan muda-mudi. Sungguh disayangkan, pemerintah seakan menutup mata dengan masalah sosial seperti ini. Justru, beberapa pemberitaan media cetak mengabarkan keluh kesah sang Walikota. “Jangan selalu bandingkan saya dengan pemerintahan yang lama, memangnya tidak ada yang saya bikin?” keluh sang Walikota. 

Pantas saja kita sebagai warganya membandingkan pemerintahan lama dengan yang saat ini. Meski baru beberapa tahun menjabat, tetapi ide dan kreatifitas dari pemerintahan saat ini nampak tidak memberi satu warna baru yang membedakannya dari pemerintahan yang lalu. Kegagalan-kegagalan itu antara lain terlihat dari tamparan keras sang Gubernur, raport merah adalah indikator dari tidak berhasilnya walikota bersama wakilnya dalam mengontrol kinerja bawahan. Kegagalan lain daerah ini adalah menjadikan daerah sebagai kota sehat dan bersih, Adipura hanyalah mimpi yang sulit digapai.  

Beberapa kali upaya pemerintah menjadikan daerah ini sebagai kota bersih selalu saja gagal. Menurutku, kota bersih tidak hanya dipandang dari lingkungan kotanya yang bersih, aman, dan nyaman. Tetapi, kebersihan moral birokrasinya mesti menjadi perhatian serius. Jika moral pejabat-pejabatnya semua bersih, pastinya juga mereka menjaga dan merawat lingkungannya. Jadi untuk saat ini, kita tak perlu heran dengan kesemrawutan kota, sebab semua tercermin didalam pemerintahan itu sendiri.

Suara anak muda lewat sebuah lagu Bongkar ciptaan Iwan Fals adalah bentuk kritik dan luapan mereka karena melihat kondisi daerah yang tidak memberi dampak positif khususnya bagi masyarakat ekonomi kelas bawah. Mereka menilai, perhatian pemerintah daerah terhadap masyarakat kecil masih saja terabaikan. Para pejabat tak pernah turun lapangan, mereka tak pernah turun langsung untuk menyerap keluh kesah masyarakat. Tampaknya pejabat kita nyaman-nyaman saja, sedikitpun mereka tak mengkhawatirkan nasib rakyatnya. Mereka tak pernah tahu dengan nasib para nelayan yang sudah tak melaut karena kekurangan alat tangkap, para pejabat berdasi itu tak pernah tahu dengan kondisi lahan pertanian kita yang setiap musim hujan tiba selalu terendam banjir akibat penebangan liar dari para investor tambang. Entah, apakah mereka tahu atau mereka pura-pura tidak tahu, apakah mereka lupa atau kehilangan ingatan, atau mugkin saja mereka buta dan tuli?

Masalah yang dihadapi masyarakat didaerah ini, umumnya adalah kebutuhan air bersih. Sejak dulu, beberapa kecamatan dalam kota hanya mendapatkan jatah air dua kali dalam sebualan. Padahal pulau ini memiliki sumber air yang cukup dan bisa menghidupi penduduknya. Tetapi tidak dengan wilayah kecamatan lain, jika hujan terus mengguyur maka air yang didapat telah bercampur dengan lumpur. Masalah lain adalah seringnya pemadaman lampu dimalam hari yang membuat geram masyarakat selama ini.

Sebenarnya, pihak penyedia listrik sudah mengantisipasi sejak awal soal kerusakan mesin, dengan menghitung masa kerja mesin dan masa pakai serta bagaiamana perawatannya. Seiring dengan jumlah pelanggan yang terus meninggkat, pemerintah daerah juga mesti kreatif dalam mengambil langkah inisiatif untuk menyiapkan tenaga listrilk alternatif. Memang kompleks dengan masalah yang dihadapi masyarakat. Pemerintah terlampau jauh berbicara soal pembangunan kantor-kantor megah, mall, atau jembatan. Sementara tak pernah mereka mau membahas hal-hal mendasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Entahlah, dari pada mendengarkan curahan hati dari sang Walikota mending kita mendengarkan keluh kesah dari kelompok-kelompok pemuda ini. Mereka bersuara karena mendengar, mereka tahu karena melihat, dan mereka paham karena mengerti pada setiap persoalan. Kita menginginkan daerah ini tetap maju dan berkembang lewat karya-karya yang baik dari para pemimpinnya. Kita tak ingin para pemegang kekuasaannya bertindak sewenang-wenang, apalagi mereka acuh tak acuh terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Semoga di sisa waktu kerja yang tersisisa, pemerintahan “Tampil-Mesra” (As.Tamrin dan Wa Ode Maasra Manarfa) bisa bangkit dan memaksimalkan kerja-kerjanya hingga terwujud kota yang maju dan berkembang, sehat dan aman, serta mensejahterakan. Dan harapan saya yang terakhir adalah, semoga pemerintahan ini cukup sekali dan segera berakhir.

Anak Muda Bersuara...


Baubau, 20 April 2015
   

Friday, April 17, 2015

Segenggam Harapan, Meraih Mimpi

laksana semut-semut merah mencari manis (foto: Yadi La Ode)
HARI itu, seorang kawan memberi kabar kalau sedang berlangsung sebuah pertemuan di kampus tempat saya dulu pernah kuliah. Melalui pesan singkat, ia mengajak saya untuk mengikuti sosialisasi beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Mengetahui hal itu, saya pun bergegas menuju tempat acara berlangsung. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan adalah sebuah badan layanan umum yang berada dibawah Kementrian Keuangan untuk mengelola dana pengembangan pendidikan nasional. Keistimewaan dari beasiswa LPDP karena berlaku oleh siapa saja, apakah berasal dari pegawai negeri sipil, dosen, bahkan anak desa sekali pun. Beasiswa ini juga berlaku dimana saja, meskipun ia berada disuatu daerah terpencil. Tujuannya adalah mendukung ketersediaan sumber daya manusia indonesia yang berpendidikan dan berkualitas serta memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan mempunyai visi masa depan bangsa yang kuat sebagai pemimpin masa depan.

***

SAAT tiba, sepertinya acara belum lama dimulai. Saya lalu mengambil tempat dua baris dari depan. Ruangan yang dipakai bukanlah ruangan besar, bukan pula aula gedung. Panitia hanya menyiapkan ruangan perkuliahan yang kira-kira kapasitasnya sekitar tiga puluh orang. Memang, kondisinya disesuaikan dengan jumlah yang menghadiri acara sosialisasi itu, apalagi tak banyak orang yang menghadiri acara. Padahal, jauh sebelumnya informasi itu sudah disebar kemana-mana. Dari dalam ruangan, yang nampak hanya ada beberapa orang bekas mahasiswa dan dosen saja. Meski begitu, sang narasumber dengan penuh semangat memberi penjelasan tentang program beasiswa yang dimaksud. Di era sekarang, informasi bisa diakses lewat media apa saja. Salah satu diantaranya adalah informasi mengenai program beasiswa ini, kapan, siapa, dan dimana pun kita bisa mengakesesnya.

Lelaki itu adalah La ode Muslimin, ia satu diantara banyak orang yang diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan keluar negeri melalui beasiswa LPDP. Saat ini, ia diberi kepercayaan untuk melakukan sosialisasi beasiswa LPDP dan menjadi pembicara dibanyak tempat. Salah satu daerah itu adalah ditanah kelahirannya sendiri. Tujuannya, untuk memberi informasi dan membuka ruang yang selebar-lebarnya kepada siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan melalui jalur beasiswa. Tentu ini kesempatan emas bagi yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Sebenarnya, ada banyak mahasiswa yang berasal dari daerah ini yang kini juga sedang mengenyam pendidikan dengan mengambil program magister dan doktor, baik diperguruan tinggi dalam negeri maupun diluar negeri. 

sumber: www.sekolahpascasarjana.com
Dalam sosialisi yang bertemakan beasiswa LPDP itu, ia berkisah tentang awal perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa. Tentu, semua berawal dari kemauan, usaha dan kerja keras sehingga cita-cita bisa diwujudkan. Saat itu, ia satu diantara tiga orang Buton yang mendapatkan beasiswa. Belum banyak orang sekampungnya yang masuk sebagai pendaftar. Padahal, ada ribuan orang diluar pulau ini yang sudah mengakses dan masuk sebagai penerima beasiswa. Entah kenapa dengan orang-orang dikampung ini yang tak tertarik untuk ikut dalam program beasiswa pemerintah ini, apakah kita sudah mengetahui akan informasi itu ataukah kita sengaja membuang peluang-peluang berharga itu. Dalam batin, saya hanya menyayangkan kepada mereka-mereka yang memiliki sumber daya yang bagus dilokal tetapi tak mampu dikembangkan. Pada akhirnya, kita selalu tertinggal dari mereka-mereka yang memiliki pengetahuan bagus diluar sana. Saya tak hendak mengenyampingkan kampus-kampus swasta dikota ini. Namun pada kenyataannya, keterbatasan sumber daya pengajar menjadi salah satu alasan mendasar dalam pengelolaan pendidikan disetiap perguruan tinggi.

Semenjak tak lagi berkuliah, saya bermimpi untuk segera melanjutkan studi kejenjang berikutnya. Saya berkeinginan untuk kembali kuliah dengan mengambil program magister ilmu pemerintahan yang juga masih sejalan dengan disiplin ilmu strata satu yang kuambil dulu. Dengan harapan, saya bisa mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar dikampus kampung halaman saya nantinya. Langkah itu diambil karena tak sedikitpun terbesit dihati ini untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil. Padahal, beberapa kawan bahkan keluarga menyarankan untuk masuk dan beseragam kopri. Sayangnya, sejak awal saya tak memiliki niat untuk berada dalam komando struktur pemerintahan. Memang, keluargaku tak memiliki kemapanan secara ekonomi, kendala yang kuhadapi saat ini tidak sedikit pun menghentikan langkah untuk menggapai semua cita-cita itu. Sebab, kedua orang tuaku mempunyai keinginan yang sama denganku agar saya bisa melanjutkan pendidikan nantinya.    

Sukses terbesar dalam hidup ini adalah ketika semua yang kukejar telah berhasil kutemukan, berharap untuk bisa mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dan selalu berada ditengah-tengah masyarakat lalu menyebarkan banyak pengetahuan nantinya. Tentu, siapapun tak ingin menjadi manusia terbelakang yang hanya mendapatkan warisan dari cerita-cerita sukses para leluhur. Diri ini ingin menjadi bagian dari peran-peran anak bangsa, masuk dan terjun langsung dalam membangun negeri. Sampai kapan pun, pendidikan amatlah penting dan siapa pun berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak di republik ini. Pendidikan tak perlu lagi dipandang sebagai barang mahal yang susah dijangkau oleh rakyat miskin. Tak ada lagi kata orang miskin dilarang untuk sekolah, tak ada lagi dinding yang membatasi dan memberi jarak kita untuk mendapatkan pendidikan.

Pengalaman yang didapat dalam sosialisasi itu telah mengajarkan banyak hal kepada saya, menjadi pelita untuk menerangi setiap langkah dalam mencari pengetahuan. Peraih beasiswa itu telah membakar jiwa dan semangat kami agar nantinya bisa melanjutkan pendidikan tanpa alasan terkendala biaya. Bahwa kita pun bisa melanjutkan pendidikan melalui beasiswa yang sama, tentu bersama ribuan orang pendaftar lainnya. Seiring program tersebut berjalan, saya tengah mempersiapkan diri untuk masuk sebagai salah seorang pendaftar beasiswa. Beberapa tips yang didapat diacara sosialisasi itu memberi saya satu keyakinan untuk mengikuti proses seleksi nantinya. Berangkat dari optimisme, semua kendala dianggap hal biasa yang dengan mudah bisa diatasi. 


Baubau, 16 April 2015


Tuesday, April 14, 2015

Menjadi Pendengar Terbaik

Sumber: www.tulisan.org
SEBENARNYA saya tak tertarik membahas soal percintaan sepasang kekasih, saya juga tak ingin mendengarkan keluh kesah seorang kawan yang mencurahkan hatinya kepada saya malam ini. Apalagi nyamuk mulai menyerang betis-betis kakiku, saya menjadi tak fokus mendengarkan setiap pembicaraannya. Sebab, saya sedang berusaha untuk mengusir para hewan-hewan penghisap darah ini. Tetapi, ketimbang mendengarkan diskusi politik yang tak berujung disudut sana, mending saya mencoba untuk mendengarkan isi hati lelaki ini.

***

DI sebuah gubuk tempat kami bercerita, saya harus merelakan waktu dan pikiran hanya untuk menemani lelaki yang sedang dirundung masalah ini. Ia bercerita tentang seorang wanita yang sangat dicintainya, wanita yang selama ini membuatnya kurang makan dan kurang tidur karena selalu memikirkan dirinya yang cantik ayu nan rupawan. Saya tak mengenal siapa wanita itu, ia hanya memperkenalkan nama dan bagaimana kisah percintaannya kepada saya. Sesama teman, saya harus membantunya meski sebenarnya tak sedikit pun saya tertarik untuk membahas hal yang remeh temeh ini.

Ia terus bercerita tentang si dia, nampaknya ia larut dalam kegalauan. Saya mencoba berusaha menyimak se-serius mungkin agar ia tak merasa kecewa karena mimik wajahku yang menunjukkan ke-tidakseriusan. Ia bercerita tentang seorang wanita yang selama ini sangat ia cintai namun belum berhasil memikat sang pujaan hati. Selama ini lelaki itu belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya kepada si dia. Satu hal yang tidak dimiliki kawan ini, adalah keberanian untuk berbicara soal perasaannya kepada wanita itu. Ia memang benar-benar suka dan mau menjadi kekasihnya. Namun saat berdua, mulutnya masih bungkam tak sepatah kata pun yang diucapakan soal niatnya untuk segera memilikinya. Dan pada akhirnya ia selalu menyesal usai pertemuan bersama si dia.

Hari-harinya dilewatkan begitu saja, apalagi badan mulai tak terurus. Ia mulai jarang makan karena memikirkan si dia,”ungkapnya. Kekhawatiran itu terus menghantuinya, jangan sampai ia didahului oleh lelaki lain. Saya hanya menyarankan secara singkat, memang harus ada keberanian untuk mengungkapkan segalanya kepada si dia. Padahal, saya bukanlah ahli dalam urusan percintaan, apalagi dahulu saya pernah mengalami hal sama seperti dia. Saat itu saya mencoba memberi secuil pengalaman tentang pribadi saya.

Diskusi malam ini, sepertinya akan panjang. Apalagi cerita kawan ini begitu bersemangat. Apalagi topiknya adalah bagaimana cara mengarahkan mata panah kearah sasaran yang menjadi target cintanya. Ia sangat berhati-hati agar panahnya tepat dan tak melenceng dari titik sasaran. Ia masih sangat ragu jikalau cintanya kelak akan ditolak. Sungguh ini menyebalkan, saya mulai tak nyaman dengan curahan hatinya, saya pun mulai tersadar kalau malam ini ibarat panti jodoh yang menampung orang-orang yang sedang dilanda asmara. Beberapa kali saya mencoba mengalihkan fokus diskusi kearah lain, namun tetap saja diskusi kembali ke soal awal. Mau tak mau saya harus kembali mendengarkannya. Yah, ini karena hubungan pertemananku dengannya, saya tak ingin mengecewakannya.

Sumber: foto Yadi La Ode
Malam kian meninggi, suara jangkrik masih setia menemani kami. Ketika suaranya mulai meredup, saya kembali memberi masukan, siapa tahu ia mau mendengarnya. Beberapa hal yang saya tekankan agar ia menjadi seorang pejantan tangguh dan memiliki keberanian untuk berbicara. Wah, saya mulai sedikit "sok" untuk urusan ini. Tetapi ini satu-satunya cara agar ada feedback dari ceritanya yang panjang tadi. Saya memang tak memiliki kepiawaian untuk mengajari banyak hal tentang bagaimana mendapatkan hati seorang wanita. Saya bukanlah seorang penyair dan pengagum Kahlil Gibran. Secara kebetulan saya hanya diminta membantu untuk memcahkan masalah yang sangat sepeleh ini, dengan pengalaman dan pengetahuan yang kumiliki se adanya.

Menurutku, belajar soal percintaan sama seninya belajar soal bagaimana berpolitik. Dalam urusan berpolitik, ada cara bagaimana kita bisa menaklukan hati orang agar bisa bersimpati kepada kita. Dewasa ini, banyak orang menilai jika berpolitik itu adalah cara yang salah dalam penerapannya dimasyarakat. Tetapi menurutku, memahami politik bukan pada penilaian kita terhadap para politisi kita yang saat ini didalam pemerintahan, bukan pada seorang politisi yang divonis salah karena korupsi, bukan pula melihat para politisi yang terlibat adu jotos didalam ruang sidang gedung dewan perwakilan rakyat. Untuk memahaminya, adalah dengan melihat jejak rasul dalam misinya menjalankan dan menyebarkan ajaran agama. Para nabi dan rasul dahulu juga berpolitik, namun semua dijalankan dengan penuh cinta dan kasih sayang mereka terhadap sesama mahluk.

Beberapa pendapatku nampaknya ia terima dengan akal sehat, ia mulai termangguk-mangguk tanda mulai mengerti bagaimana cara agar bisa mendapatkan si dia. Jurus lain yang kuberikan adalah bagaimana kiat-kiat untuk memikat seorang wanita lewat style dan performa. Misalnya, ia selalu tampil beda dengan laki-laki lain. Tampilan tak perlu se keren Aril Noah atau Nicolas Saputra, butuh perawatan untuk selalu menjaga kebersihan agar selalu menawan. Wanita umumnya mencintai kebersihan dari nilai estetika. Wajar, sebab wanita dominan kerja otak kiri lebih aktif ketimbang otak kanan. Beda hal seorang lelaki yang cenderung menggunakan otak kanan dari pada otak kiri. Mungkin saja pendapat tersebut salah, tetapi beberapa para ahli pernah berkata demikian.

Pengalaman lain yang kuberikan adalah bagaimana mengatakan cinta diwaktu yang tepat. Artinya, lelaki mesti pandai-pandai melihat peluang. Misalnya dengan mengetahui terlebih dahulu kondisi wanita, baik dari kesehatannya maupun kondisi psikologis. Bisa saja wanita itu sedang tak sehat atau sedang dirundung masalah didalam keluarganya, kita mesti pandai membaca situasi. Pengalaman selanjutnya adalah lakukan komunikasi yang baik secara efektif dan efisien. Mungkin terlihat sederhana, namun biasanya lelaki selalu gegabah dan mendesak apalagi bahasanya selalu ngambang. Tentu, dengan gaya komunikasi seperti itu membuat si dia menjadi tak nyaman untuk didengar. Dan pastinya, ia lalu pamit secara tiba-tiba dari hadapanmu. Sakit kan?

Yang terakhir adalah, anda harus banyak berdoa dan bersabar ketika yang terjadi justru tak sesuai harapan. Misalnya, si dia ternyata sudah memiliki laki-laki lain atau memiliki pasangan. Anda harus banyak-banyak bercermin. Maaf, bukannya membandingkan wajah laki-laki pilihannya dari wajahmu yang tak seberapa itu,”candaku kepada dia. Tetapi dari bercermin, kita bisa dengan mudah menempatkan diri dari seorang wanita pilihan secara proposional. Kayaknya ia agak sedikit kesal usai mendengar penjelasanku, tetapi karena ia yang memintaku untuk berbagi pengalaman. Maka, mau tak mau ia harus terima dengan lapang dada.

Sudah saatnya untuk segera ku akhiri cerita malam ini. Nampaknya, sudah tak ada lagi komentar yang ingin di utarakan kepada saya. Saya sedikit lega karena segera beranjak dari hadapannya. Secara terpaksa saya harus meninggalkan kawan saya ini dengan sederet pertanyaan yang terus ia berusaha pahami. Padahal, saya lupa menegaskan kepada dia untuk selalu berani saat berhadapan dengan wanita itu. Kuncinya adalah percaya diri dan merdeka saat berbicara dengan si dia. Semoga saja misinya bisa berhasil kelak nanti.

Saat mata belum lelah untuk terpejam. 02.45 wita
Baubau, 14 April 2015



     


Sunday, April 12, 2015

Kuliner Khas Anak Pantai

Sumber: Bulu Babi di pasar wameo
SEBAGAI warga yang berada di pinggiran pantai, saya selalu menjumpai para nelayan yang baru saja pulang usai mengarungi laut mencari ikan. Setiap pagi, pinggiran pantai dekat pasar di kota ini selalu diramaikan dengan perahu-perahu nelayan yang membawa ikan setelah seharian terombang ambing dilautan. Perahu-perahu nelayan terpakir di sepanjang dermaga pasar, ikan-ikan itu di kumpul dalam satu wadah lalu diangkut dan dibawa ke pasar. Ikannya masih segar, beberapa ekor yang kulihat masih bergerak-gerak, itu berarti ikannya belum lama tertangkap. Salah satu kekayaan daerah ini adalah lautnya yang dihuni oleh banyak ikan. Ada banyak jenis ikan yang didapatkan dan dijual dipasar-pasar ini, harganya pun relatif murah.

***

BEBERAPA pekan lalu saya bersama seorang kawan datang kepasar ini untuk mencari kerang dan bulu babi. Kami tidak perlu berkeliling lagi untuk mencari penjualnya. Sebab, para penjualnya berada pada satu tempat. Mereka tak menjual ikan umumnya pedagang ikan dipasar ini. Pedagang itu khusus menjual kerang, bulu babi, cumi dan aneka jenis hewan laut diluar rumpun ikan. Di saat pedagang lain menjual ikan, mereka secara konsisten menjual jenis lain.


Sumber: garangga (rumput laut)

Sumber: kamaatu (kerang)
Berada dibibir pantai kota Baubau, pasar Wameo adalah pasar tradisional yang setiap hari libur tiba, pasar ini selalu ramai dari pengunjung. Keramaian tidak hanya karena warga yang datang untuk membeli ikan atau kebutuhan pokok rumah tangga. Namun mereka datang untuk memburu pakaian bekas atau masyarakat disini mengenalnya dengan pakaian RB. Selain murah meriah, juga pakaian yang dijual bagus dan bermerek luar negeri. Itulah kenapa masyarakat lebih mengincar barang-barang bekas bermerek ketimbang pakian toko yang baru namun tak berkelas.

Wameo, cukup lama pasar ini berdiri. Bangunannya pun belum lama mengalami rehab. Ada beberapa bangunan yang juga baru dibangun. Bangunan itu diperuntukkan untuk para pedagang ikan dan sayur. Tak jauh  dari pasar, rumah makan ikan parende salah seorang warga setempat menjadi incaran para penikmat kuliner. Rasanya yang khas menjadikan rumah makan parende itu selalu ramai dari pengunjung. 

Didalam pasar, ikan-ikan itu disusun rapi diatas meja jualan, sementara pedagangnya sesekali memercikkan air keatas ikan sambil menawarkan ke setiap pembeli "ikane katamba hee, dangia baau". Sayangnya kami tak hendak membeli ikan, kami mencari kerang-kerang untuk disantap dengan kasoami nantinya. Kami dekati penjual itu dan menawar beberapa jualannya. Nampak aneka jenis kerang, bulu babi, teripang laut dan garangga (rumput laut) tersusun rapi diatas meja jualan. Kawanku langsung mencicipi teripang laut dan bulu babi yang belum masak itu. Aneh melihatnya, namun hal biasa baginya. Wajar saja, ia tumbuh dan besar dipesisir pantai laut Wakatobi, menjadikan dia terbiasa dengan kehidupan laut. Usai membeli kami lalu mencari kasoami dan nasi bambu. Tak jauh dari tempat itu, kami bertemu dengan penjualnya. 

Jenis makanan laut seperti bulu babi, kerang, rumput laut dan teripang mungkin banyak kita temui dikota ini namun sangat jarang didaerah lain. Harganya juga pasti lebih mahal ditempat lain. Selain bergizi, rasanya sangat enak. Saya menikmatinya, rasanya benar-benar lezat. Saya bangga menjadi salah satu diantara anak pantai lainnya, berenang dilaut biru dan berbaring diatas hamparan pasir putih. Saya bangga berada ditengah kehidupan para nelayan, melihat kapal-kapal mereka berjajar rapi disebuah pantai usai melaut, mendengar suara merdu dari para penjual ikan didalam sebuah pasar, dan menyajikan ikan parende yang disantap dengan colo-colo dan kasoami.


Baubau, 12 April 2015

Thursday, April 9, 2015

Sebuah Mozaik Yang Nyaris Hilang

Sumber: foto yadi laode
DALAM hening, satu per satu pertanyaan kian hadir dalam benak ini. Merenungi apa yang telah terjadi lalu mengharap hari esok semoga akan baik-baik saja. Di hati ini, pernah mengendap rasa benci dan tak suka. Sebagai manusia biasa, selalu saja kelalaian itu hadir ditengah suasana bahagia yang sedang tumbuh subur bersama orang-orang kita cintai, suasana bahagia bersama orang-orang yang telah merawatmu sejak teriakan itu terdengar melenting keras ditelinga mereka. Sayangnya, kita terkadang selalu mengabaikan teriakan kecil mereka dan berlalu begitu saja. Sekecil apapun itu, tetap saja memberi bekas yang teramat dalam di hati mereka. Dengan sekejap, hati dan perasaan mereka dibuat runtuh dan hancur berkeping-keping. Meski begitu, selalu saja ada kasih sayang yang tergambar dan melekat dari setiap senyum yang terkembang diwajah yang kian keriput karena usia.

***

SELALU saja kata penyesalan itu terucap ketika semua sudah terjadi. Kita tidak bisa membalasnya hanya dengan kalimat maaf, pun tidak dengan air mata kesia-siaan. Butuh beberapa waktu untuk menyembuhkan hati mereka yang pernah tersayat karena irisan tangan dari si buah hati itu sendiri, yang sudah mengusik hati mereka meski terkadang tak satupun keluhan itu terucap dari mereka. Ku yakin, tak sedikit pun rasa letih dari mereka saat merawat si kecil hingga tumbuh besar kelak nanti. Ku yakin tak ada sedikit pun tersimpan rasa dendam meski luka masih belum terobati.

Ada sesuatu yang mengganjal dihati ini, sesuatu yang terus menghantui pribadi ini atas kesalahan-kesalahan diri kita dari dosa yang telah melekat. Kita tidak bisa membayarnya dengan setumpuk harta dan kekayaan. Kita hanya bisa menebusnya dengan membuat mereka selalu tersenyum dan merasakan kembali kebahagiaan-kebahagiaan itu. Tugas kita adalah bagaimana membuat senyum itu kembali merekkah di usia senja mereka.

Dari relung hati yang paling dalam, pribadi ini mencoba untuk mengumpulkan keping demi keping kepercayaan itu hingga menjadi satu mozaik yang memiliki nilai dan berarti bagi mereka nantinya.

Sujud maaf dariku...

Wednesday, April 8, 2015

Mencari Makna Lewat Internet

DEWASA ini, penggunaan internet telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Teknologi yang bernama internet ini menjadi kebutuhan yang dengan cepat merubah pola interaksi manusia. Dengan mudah, internet telah membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas kita. Internet telah memberi kontribusi besar untuk kemajuan teknologi dan masuk hampir kesemua aspek kehidupan, kemajuan membuka mata dan cakrawala berpikir kita untuk melihat dunia. Membuka keingintahuan kita terhadap apapun yang belum didapat selama ini. Lewat internet, kita dapat menjangkau apapun itu, sekalipun berada sangat jauh dari tempat kita berada saat ini.


***


DAHULU, saya tidak mengenal banyak dengan teknologi yang satu ini. Saat kuliah, saya tak bergantung banyak pada dunia internet untuk membantu mencari tugas-tugas mata kuliah. Bagi saya saat itu, internet tak begitu penting, apalagi warung internet belum menjamur dan sebanyak saat ini. Internet masih terasa asing dalam kehidupan saya. Seiring keingintahuan saya terhadap teknologi, internet kian merasuki kehidupan saya. Terkhusus saat-saat masih bergelut dengan dunia kampus dan setumpuk tugas-tugas kuliah. Pendidikan mencoba mendekatkan dan memperkenalkan internet sebagai sarana lain dalam mencari sumber-sumber pengetahuan. Di pemerintahan, internet masuk untuk membantu tugas-tugas perkantoran, di perbankan, rumah sakit, perusahaan, sampai  tempat umum sekalipun. Sayangnya, fasilitas internet belum sampai dan diperkenalkan ke masyarakat desa.

Sumber: tekno.kompas.com
Beberapa tahun lalu, saya diajak oleh seorang teman yang menangani program dari pemerintah pusat melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika. Program tersebut diniatkan untuk membantu masyarakat dalam rangka pola pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di bidang informasi dan telekomunikasi. Tujuan dengan adanya program tersebut adalah memperkenalkan kepada masyarakat tentang penggunaan internet dan manfaatnya bagi kehidupan sosial. Ada beberapa desa dan kecamatan yang ditugaskan kepada kami untuk melakukan pemasangan layanan internet tersebut. Semenjak hadirnya layanan internet disetiap kecamatan dan desa, saya melihat masyarakat masih belum tertarik untuk mengoperasionalkan fasilitas tersebut. Nampaknya mereka masih bingung dalam memfungsikan internet. Memang, perlu adanya pelatihan dan perkenalan lebih jauh soal penggunaan internet khususnya masyarakat desa yang masih awam dengan teknologi. Sehingga, program layanan internet tersebut bisa sangat berguna bagi masyarakat desa nantinya. Beberapa masalah yang dihadapi masyarakat desa saat itu adalah selain tidak diberikan modal pelatihan kepada masyarakat, juga masalah teknis dan pengelolaan internet yang tidak begitu baik.

Sangat penting kemudian jika internet diketahui dan dapat digunakan langsung oleh masyarakat desa. Komunikasi dan informasi setiap desa bisa langsung diakses melalui internet. Sangat dimungkinkan ketika desa mempunyai satu website untuk menyimpan dan mempublikasikan segala potensi yang dimiliki desa. Selain itu, dengan adanya internet disetiap desa, masyarakat lebih kritis terhadap sistem informasi. Sejumlah kegiatan bisa dilakukan dengan mudah semisal menciptakan informasi seputar potensi yang dimiliki desa, membangun silaturahmi antar warga sampai terciptanya fasilitas pembelajaran teknologi informasi dimasing-masing desa.  

Kehidupan terus mengalami kemajuan. Dengan mudah kita bisa mengakses internet setiap saat dan menjelajahi dunia hanya dengan sebuah telepon pintar. Jika dahulu warung internet menjadi salah satu tempat untuk bisa mendapatkan layanan internet. Namun saat ini kita bisa mengaksesnya kapan saja dan dimana pun berada, sepanjang koneksi internet masih terhubung dengan baik. Hampir semua kalangan bisa mengaksesnya dengan mudah dan cepat. Penggunaan internet media sosial adalah faktor pendorong sehingga ada banyak orang yang kini berselancar didunia maya. Internet sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Salah seorang diantaranya adalah saya sendiri. Internet telah merasuki pribadi saya dan menjadi candu bagi mereka yang aktif diberbagai media sosial.

Awalnya, saya tak tahu banyak dengan internet. Sesekali saya hanya mengakses facebook untuk mengetahui perkembangan terkini dan menjalin beberapa orang teman. Namun belakangan kuketahui, ternyata internet begitu luas untuk dijelajahi. Informasi bisa dapat diperoleh langsung  melalui media sosial. Kita bisa kemana saja dan kapan saja melalui mesin pencaharian di internet, informasi melalui berita online juga dapat memberikan informasi terkini tentang adanya persitiwa. Media sosial seperti facebook, twitter, dan lain-lain tidak hanya menjadi ruang diskusi antara sang pemilik akun. Tetapi, media sosial juga menjadi ruang silaturahmi dan membangun jejaring pertemanan secara global.   Saya tak begitu aktif di media sosial. Awalnya, saya hanya memiliki facebook dan twitter untuk membangun koneksi pertemanan dan menjadi ruang obrolan saja. Di facebook saya hanya bisa memberikan catatan-catatan kecil yang kemudian menjadi bahan untuk disikusikan. Namun belakangan saya sudah membuat satu blog sebagai ruang tulis untuk sekedar menyalurkan hobi dan berbagi pengalaman lewat kegiatan tulis menulis. Di blog, saya masih terbilang baru. Namun dengan memiliki blog, sedikit demi sedikit saya menemukan makna dalam kehidupan ini. Saya mulai tertarik untuk terus menulis diblog, jari-jari tangan saya mulai tergerak menari diatas papan ketik laptop, reaksi dari dalam ruang ide yang ingin terus ditumpahkan kedalam tulisan. Saya bukanlah seorang yang memiliki cita-cita sebagai penulis. Ini hanya kecemasan saya, kecemasan yang lahir dari dalam diri ini saat melihat realitas sosial yang terkadang tak adil. Melalui tulisan, saya bisa berkeluhkesah dan melancarkan kritik atas kebijakan yang tak memihak. Saya selalu berusaha menghadirkan hal-hal baru dalam hidup ini dengan memanfaatkan teknologi yang sementara ada, tentu semua dalam ranah positif.

Sebenarnya, tak ada yang berat untuk menjadi bloggers. Masalahnya adalah ketika kita tidak memulainya dan memberanikan diri untuk terjun langsung diruang blog. Hilangnya rasa percaya diri menjadi faktor penghambat saat kita ingin memulainya. Di blog, tak ada kriteria seorang penulis. Sepanjang semua tulisan yang kita buat tidak memfitnah dan mengandung makian. Kita bisa dengan bebas menulis apa saja dan bermanfaat bagi si pembaca. 

Jika kita masih melihat beberapa orang yang memanfaatkan internet untuk hal-hal lain, untuk misi kejahahatan dan membangun permusuhan. Maka kini saatnya kita menciptakan internet sehat dan memberi edukasi didalam masyarakat. Kita juga mesti pandai dalam memilah berita disitus media online, sebab terkadang media disalah gunakan untuk mencari keuntungan dan menciptakan konflik. Dunia internet begitu luas dan hampir menyentuh semua lapisan masyarakat. Internet membawa kita berada pada garis horisontal dan hampir tak berjarak. Sudah saatnya kita memanfaatkan internet untuk menambah pengetahuan dan membangun jejaring pertemanan. Ada banyak manfaat dan keuntungan jika semua dilakukan dengan baik. Di internet saya menemukan hal baru, hal yang membuat saya terus tergerak maju dalam menjelajahi alam raya ini.


Baubau, 08 April 2015

Saturday, April 4, 2015

Sekilas Wajah HMI

BEBERAPA jalan dalam kota, kulihat deretan bendera sebuah organisasi. Bendera yang di dominasi warna hijau dan hitam itu berlambangkan HMI. HMI adalah akronim dari Himpunan Mahasiswa Islam yang berdiri sejak 1947 lalu di Yogyakarta. Salah seorang pendirinya adalah Lafran Pane. Sejak berdiri, ada ribuan kader yang terhimpun dalam organisasi ini. Secara struktural, Pengurus Besar HMI bertempat di Jakarta dan di bantu oleh Badan Koordinasi serta cabang yang berada ditiap-tiap daerah. HMI adalah organisasi kemahasiswaan yang bernafaskan islam. 

***

MALAM itu, tengah berlangsung pembukaan kegiatan Latihan Kader Dua (LK 2) oleh Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Baubau. Kegiatan berskala nasional itu untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun puasa. Pernah beberapa kali diadakan, namun kegiatan itu hanya sampai tingkat regional. Di acara seremonial pembukaan kegiatan, terdengar lagu kebangsaan indonesia raya dan kemudian dilanjutkan dengan lagu HYMNE HMI yang menambah kemeriahan acara.

Dalam kegiatan itu, peserta mengikuti pelatihan selama tujuh hari. Pesertanya adalah utusan dari masing-masing cabang. Mereka berasal dari cabang Ambon, Berau, Kendari, Gowa Raya, Kolaka, Makassar dan Baubau sendiri. Saya dipercayakan oleh pengurus cabang sebagai steering comite untuk mensukseskan kegiatan tersebut. Saya tidak sendiri disitu, ada beberapa orang alumni yang juga terlibat. Steering comite bersama panitia sudah merencanakan dan merancang kegiatan tersebut satu bulan sebelumnya. Panitia pelaksana berkerja untuk menyiapkan segala keperluan menyangkut hal-hal teknis, sementara kami ditugaskan untuk menyusun tema dan materi-materi pelatihan. Materi yang disajikan tetap mengacu pada NDP atau nilai-nilai dasar perjuangan. NDP itu semacam kurikulum yang menjadi panduan pelatihan setiap pengkaderan di HMI selama ini.

Sumber: foto Yadi La ode
Sebelumnya, syarat untuk mengikuti latihan kader dua (LK 2) adalah telah mengikuti latihan kader satu (LK 1). Tentu, pola pengkaderan LK 1 berbeda dengan pola kader di LK 2, begitu pun di latihan kader tiga (LK 3). Menurut saya, LK 1 lebih pada pembentukan pola pikir dan pemahaman kita terhadap islam, di LK 2 kita dibentuk untuk melakukan penajaman analisis berpikir, sementar di LK 3, peserta diajak untuk masuk dalam ruang diskusi wacana-wacana global. Itu sepintas yang saya ketahui di dalam organisasi pengkaderan seperti HMI. Sebab, ruh organisasi itu ada pada proses latihan dan pengkaderannya.

Belum lama saya terlibat dan aktif didalam himpunan itu. Saya masuk dan mengikuti LK 1 sejak tahun 2008 silam, lalu melanjutkan latihan kader dua tahun 2009 di Kota Bogor Jawa Barat. Sejak aktif dan masih berstatus mahasiswa, saya dipercayakan untuk memimpin komisariat ditingkat fakultas, kemudian menjadi ketua bidang di pengurus cabang hingga masuk dalam pengurus badan koordinasi ditingkat provinsi. Namun bagi saya, semua adalah bagian dari proses pengkaderan di HMI. Tak sedikit pun yang melatarbelakangi semangat itu untuk masuk dan merebut kekuasaan. 

Di periode saya saat menjadi pengurus cabang, saya pernah mengikuti Kongres HMI. Kongres itu berlangsung cukup lama, sebulan lamanya. Saya diutus untuk menjadi peserta penuh dalam kegiatan. Kegiatan itu berlangsung di Jakarta dan di hadiri seluruh delegasi cabang seluruh indonesia. Yang saya rasakan, aroma perebutan kekuasaan begitu tajam bahkan potensi konflik antara kelompok sangat rentan. Padahal, mestinya Kongres tidak hanya menjadi ruang bagi para kompetitor untuk bersaing dalam merebut kekuasaan didalam organisasi. Mestinya, Kongres dijadikan sebagai ruang untuk kembali merumuskan agenda baru, menjalankan misi dan program-programnya. Sangat ideal, jika kongres dijadikan sebagai moment untuk saling bersilaturahmi, saling bertukar pikiran untuk membicarakan wacana-wacana kebangsaan kekinian.

Potret wajah HMI saat ini justru tidak memberi dampak apa-apa terhadap masyarakat. Harapan atas cita-cita HMI menjadi tak berarti ditengah kondisi bangsa yang kian terpuruk. Masyarakat mulai tak simpati lagi dengan agen-agen pembaharu di HMI. Apa yang terjadi, mereka masih larut dalam cerita-cerita sukses para pendahulu tanpa sedikitpun mengambil banyak pelajaran dari mereka. Ironisnya, tontonan itu justru terjadi dimulai dari di pengurus besar sampai pada pengurus-pengurus didaerah. Secara perlahan, pragmatisme itu mulai merasuki setiap insan-insan HMI. 

Ada kemungkinan besar, bahwa pengkaderan hanya dianggap sebagai formalitas bagi yang ingin mencari legalitas. Karena kuantitas anggotanya, karena kekuatan alumninya, atau organisasi ini cukup lama dan berpengalaman. Entahlah, kesemuanya itu hanyalah romantisme masa lalu. Tantangan yang justru terberat saat ini adalah bagaimana bisa mempertahankan eksistensi HMI di tengah kondisi moral kader yang kian merosot. Sepertinya, situasi ini telah menjadi fakta atas tindakan yang pernah dilakukan beberapa kader-kader terbaik HMI. Mulai dari terlibat dalam tindak pidana korupsi sampai kasus mesum. Kita tidak pernah mendengar lagi kata prestasi yang sudah ditorehkan oleh seorang kader, atau peran himpunan yang memberi kontribusi terhadap bangsa kita.

Di tengah situasi seperti ini, sudah seharusnya HMI bangun dari keterpurukan, sudah seharusnya HMI bangkit dan bergerak maju dan memberi sumbangsih kepada negara serta mencerdaskan kehidupan berbangsa dan melahirkan bibit-bibit baru yang berkualitas di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan tujuan HMI "Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah swt". 

Ini titik dimana kita merefleksi dan mau membicarkan segala kekurangan dan kelemahan, segala kesalahan yang pernah kita lakukan. Sedikit demi sedikit kita membenahinya mulai dari internal HMI itu sendri, dari keimanannya, keilmuannya, serta amalannya. Kita sudahi saja budaya konflik internal disetiap kompetisi, itu justru membuat himpunan menjadi terbagi dan kehilangan ruh. Mari kita kibarkan kembali sang hijau-hitam dan mengembalikan lagi masa-masa kejayaan HMI yang pernah tercatat dalam lembar-lembar sejarah. 

Baubau, 04 April 2015

Popular Posts